Mencari Sosok Ideal Pendamping Nurdin

Metrobatam.com – Hari Rabu tanggal 18 Mei, tepat 40 hari meninggalnya almarhum Gubernur Kepulauan Riau (Kepri) Muhammad Sani. Sejumlah elemen masyarakat siap menggelar doa
bersama, dengan harapan agar almarhum mendapat tempat di sisi Allah SWT.

Semasa hidupnya, almarhum di kenal sebagai sosok pemimpin yang rendah hati. Tidak mengherankan, bila sepeninggalnya HM. Sani banyak warga yang merasa
kehilangan dan merindukan akan sosok kepemimpinannya. Tanpa lelah, Sani terus berusaha membangun Kepri agar bisa menjadi salah satu provinsi terdepan di
Indonesia.

Dari pulau ke pulau ia datangi untuk melihat perkembangan pulau-pulau yang berada di bawah kepemimpinannya. Sudah tidak terhitung, berapa kali HM. Sani naik
turun kapal atau pompong untuk menyapa warganya. Dan ketika tiba di pulau nan jauh di sana, Sani tidak pernah merasa canggung untuk berbaur dengan warga.
Tidak sungkan ia mengajak ngobrol warga, yang tidak ubahnya seperti orang tua dan anak.

Gaya kepemimpinannya yang santun ini lah, tak pelak masyarakat Kepri dalam Pemilu Kada serentak 9 Desember 2015, mendaulatnya kembali untuk memimpin Kepri
yang kedua kalinya. Memang, tidak bisa kita pungkiri, di bawah kepemimpinan Sani, Kepri sebagai provinsi baru mampu berkembang dengan pesat dan bisa
mensejajarkan diri dengan provinsi-provinsi lainnya yang sudah berdiri terlebih dahulu.

Bacaan Lainnya

Kini, orang nomor satu di Provinsi Kepri itu telah tiada. Namun tentunya kita sangat berharap, semangatnya untuk terus membangun Kepri tetap ada disekitar
kita. Jiwa dan sikap itu yang saat ini sangat dirindukan warga Kepri dari HM. Sani. Ia bukan hanya seorang pemimpin yang handal, tetapi juga seorang ayah
yang penuh kasih sayang.

Harapan kita sekarang, Nurdin Basirun yang sebelumnya menjabat sebagai wakil gubernur diharapkan mampu mewujudkan cita-cita almarhum untuk bisa membawa Kepri
ke arah yang lebih baik. Memang, bagi Nurdin sendiri, almarhum bukan merupakan orang baru. Sewaktu almarhum menjabat sebagai Bupati Karimun, Nurdin adalah
wakilnya. Untuk itu, kita yakin Nurdin tahu persis apa yang dicita-citakan almarhum.

Yang menjadi pertanyaan kita selanjutnya, bila di kemudian hari Nurdin diangkat menjadi gubernur definitif, siapa yang pantas untuk menjadi pendampingnya?
Kita tidak perlu bicara nama, walau sekarang sebenarnya sudah beredar sejumlah nama yang sudah kasak-kusuk untuk mencari dukungan agar bisa menduduki kursi
nomor dua di Kepri ini.

Memang susah mencari wakil gubernur yang betul-betul ideal untuk mendampingi Nurdin Basirun saat ini. Sebab, dari beberapa nama calon wagub yang mengapung ke
permukaan saat ini, tidak ada yang betul-betul klop dengan gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh Nurdin.

Karakter kepemimpinan Nurdin cenderung bergaya moralis yakni cenderung tenang, tidak menggebu-gebu dan tidak terlalu menonjolkan diri, tapi dekat dengan semua orang. Ini berbeda sekali dengan gaya beberapa kandidat yang muncul saat ini yang terkesan agresif, terutama kandidat yang berasal dari kalangan politikus.

Dengan gaya kepemimpinan Nurdin tersebut, sosok ideal pendampingnya adalah orang yang memiliki loyalitas dan komitmen mendukungnya selama lima tahun kedepan.
Orang yang memiliki kemampuan manajerial dan memahami ilmu tata kelola pemerintahan yang kuat dan terukur.

Yang tak kalah pentingnya adalah kandidat wakil Nurdin adalah orang yang memiliki kemampuan yang mumpuni dibidang ekonomi, karena tantangan terbesar bagi Kepri kedepan adalah bagaimana bersaing dengan negara tetangga pasca berlakunya Masyarakat Ekonomi Asia dan bagaimana memamfaatkan potensi maritim dan letak geografis Kepri yang berbatasan langsung dengan negara tetangga.

Orang dengan kriteria tersebut diatas sangat diperlukan supaya wakil gubernur bukan hanya sebagai ban serep yang sekedar menanti tugas dan perintah gubernur ketika gubernur sedang berhalangan. Selain sebagai mitra kerja utama dari gubernur, wakil gubernur juga dituntut bisa mandiri dan mempunyai visi jauh ke depan,

Dari beberapa kriteria tersebut, secara tidak langsung bisa diartikan bahwa sangat tidak pas kiranya Nurdin memilih wakil dari kalangan politikus, yang punya potensi menjadi pesaingnya dalam agenda-agenda politik kedepannya. Apalagi kandidat tersebut memiliki popularitas, kapasitas dan kualitas yang lebih darinya. Tentunya Nurdin tidak mau tersandera dengan bayang-bayang wakilnya yang akan mendekradasi kapasitasnya sebagai gubernur. Apalagi sang wakil menggunakan jabatannya untuk mengenjot popularitasnya demi kepentingan politik kedepannya.

Permasalahannya sekarang adalah tidak mudah bagi Nurdin untuk memilih wakil gubernur dari orang profesional atau birokrasi tersebut, karena proses pemilihan wakil gubernur tersebut tidak serta merta ditentukan olehnya. Sesuai mekanisme yang berlaku, Nurdin hanya bisa memilih minimal dua nama yang diajukan oleh partai pendukungnya saat Pilkada lalu. Selanjutnya nama-nama tersebut diajukan dan dipilih oleh anggota DPRD Kepri, yang merupakan perpanjangan tangan dari partai politik.

Tentunya partai politik tidak semudah itu menerima calon-calon yang tidak berasal dari kalangan partai politik, sebab mereka punya kepentingan sendiri-sendiri untuk mendorong kader mereka menduduki posisi wakil gubernur. Disinilah diperlukan kelihaian Nurdin Basirun maupun kandidat wakilnya untuk melakukan lobi-lobi dan manufer politik guna mengakomodir keinginan semua pihak, mulai dari pusat hingga elit partai di daerah.

Inilah pengujian politik pertama yang harus dilalui oleh Nurdin Basirun. Apakah dia mampu merangkul sebagian besar partai untuk mengakomodir calon yang diinginkannya, ataukah partai yang berhasil memaksakan kadernya untuk mendampingi Nurdin sebagai wakil gubernur, mari sama-sama kita lihat.

Penulis : Eza Pendri, Pemimpin Redaksi Metrobatam.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *