Eks Pejabat Kemenkeu Gabung ISIS, Polri: ISIS Rekrut Kaum Intelektual

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Mabes Polri Brigadir Jenderal (Brigjen) Polisi Rikwanto

Metrobatam, Jakarta – Seorang mantan PNS Kementerian Keuangan RI yang juga lulusan S2 di Adelaide, Australia, berinisial TUAB bergabung dengan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) atau Negara Islam Irak dan Suriah. TUAB, yang berangkat bersama 4 orang lainnya, dideportasi ke Indonesia oleh pemerintah Turki sebelum masuk ke Suriah.

Markas Besar Kepolisian RI menyebut bergabungnya TUAB ke ISIS menandakan ada upaya organisasi tersebut merekrut kaum intelektual. “Sejauh ini kan sudah mulai ada indikasi yang direkrut itu bukan hanya dari golongan awam atau dari desa, tapi juga sudah masuk ke kalangan intelektual,” kata Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Rikwanto di PTIK, Jakarta Selatan, Jumat (27/1).

Menurut Rikwanto, saat ini ISIS mulai merekrut anggota dengan masuk ke kampus-kampus. Mereka kemudian bergabung dan mengikuti acara kegiatan di kampus yang sudah diincar tersebut. Hal ini diketahui dari hasil sejumlah penyelidikan yang dilakukan oleh penyidik dan Tim Densus 88 Antiteror.

“Jadi para perekrut ini sudah masuk ke kampus-kampus. Lewat acara-acara di masjid kampus. Ini berdasarkan hasil pemeriksaan penyelidikan dari tim Densus,” kata dia.

Bacaan Lainnya

Rikwanto mengkhawatirkan perekrutan kaum intelektual itu. Dia berharap ke depan tidak ada lagi kaum intelektual yang direkrut. Menurutnya, kaum intelektual seharusnya bisa berpikir lebih logis.

“Kita berpikiran mereka cukup rasional dalam berpikir, cukup logis. Seharusnya bisa menolak mana yang pantas mana yang tidak, mana yang patut, mana yang harus dihindarkan,” pungkasnya.

Dari data yang dihimpun detikcom, TUAB merupakan alumnus jurusan Public Policy di Adelaide Flinders University Australia.

Sebelum itu, dia juga lulusan D3 STAN jurusan Piutang dan Lelang Negara pada 1999-2001. Dia kemudian melanjutkan D4 jurusan akuntansi di Bintaro, Jakarta, pada 2002-2004. Saat ini TUAB bersama NK, NAA, MSU, dan MAU tengah diamankan oleh Kepolisian Daerah Bali.

Dn Atur Keberangkatan
Keberangkatan TUAB dan rombongan diatur oleh seseorang dengan inisial Dn. Dari Dn inilah TUAB disarankan berangkat ke Turki melalui Thailand. Rute ini ditempuh agar keberangkatan mereka tidak terdeteksi oleh aparat Indonesia.

Maka pada 15 Agustus 2016, TUAB dan rombongan berangkat ke Thailand menggunakan maskapai Garuda Indonesia. Di Thailand TUAB ditemui oleh AY juga Dn. Dari Dn dan AY ini, TUAB dianjurkan menghubungi AJ, seorang WNI yang sudah berada di Turki.

“AY dan Dn adalah panitia yang memberangkatkan dan diberitahu agar menghubungi AJ ketika sampai di Istanbul untuk dikoordinir,” kata Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Mabes Polri, Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar.

TUAB dan rombongan kemudian berangkat ke Turki dari Thailand menggunakan Turkey Airlines. Di Istanbul mereka bertemu IB, suruhan AJ, orang yang direkomendasikan oleh Dn.

Selama di Istanbul, mereka bertemu WNI lainnya berinisial UU, AM, dan AL yang berasal dari Lamongan, Jawa Timur. Mereka tinggal di Istanbul selama 3 bulan dengan fasilitas dari warga Turki berinisial AY.

“AJ lalu memutuskan semua biaya pemberangkatan diatur oleh Dn dan dana dari seseorang berinisial Tr,” kata Kepala Divisi Humas Polda Bali AKBP Hengky Widjaja.

Kelima orang tersebut ditangkap 20 tentara Turki pada 16 Januari 2017 dan dimasukan ke dalam sel selama satu minggu. Mereka lalu dideportasi dengan biaya sendiri melalui Istanbul-Dubai-Denpasar.

Kelimanya tengah diamankan Polda Bali untuk pemeriksaan. “Karena mereka berniat untuk gabung ISIS,” tutup Hengky.(mb/detik)

Pos terkait