NU: Anies Urus Pemerintahan DKI Saja, Tarawih Bisa Jalan Sendiri

Metrobatam, Jakarta – Rencana Pemprov DKI Jakarta menggelar salat tarawih berjemaah di Monas batal. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memindahkan lokasi tarawih ke Masjid Istiqlal.

Wasekjen PBNU Masduki Baidlowi mengatakan keputusan itu bagus. Karena, kata Masduki, tugas umat Islam adalah membuat masjid hidup dengan berbagai kegiatan.

“Kalau dipindah ke Masjid Istiqlal bagus. Itu namanya memang the right man on the right place. Artinya memang semestinya memang begitu. Umat Islam itu kan ditugaskan untuk memakmurkan masjid,” kata Masduki saat dihubungi, Senin (21/5) malam.

Dia mengatakan masjid semestinya dijadikan pusat kebudayaan. Di dalam masjid semestinya ramai dengan kegiatan pendidikan, ekonomi, hingga pendidikan politik yang mengajarkan keadaban dan kenegaraan.

Bacaan Lainnya

“Asal bukan politik praktis ya,” ujarnya.

Masduki menambahkan, Ramadan ini semestinya jadi momentum umat Islam untuk memakmurkan masjid. Sebab, di luar Ramadan, biasanya masjid sepi dengan kegiatan-kegiatan.

Selain itu, banyak masjid di Jakarta yang memiliki nilai sejarah tinggi. Oleh sebab itu, kata Masduki, hal tersebut semestinya jadi faktor pendorong untuk memakmurkan masjid.

“Masjid di Jakarta kan ada banyak yang punya nilai historical. Seperti masjid di Tanjung Priok sana sebagai lambang perlawanan Belanda. Jadi wajar kalau Ramadan itu memakmurkan masjid. Kok malah masjid mau ditinggalkan dan salat di Monas,” ucapnya.

Masduki mengatakan tak sebaiknya Gubernur DKI Jakarta mengurus soal tarawih berjemaah. Menurutnya, Gubernur DKI semestinya mengurus soal pemerintahan dan pelayanan kepada publik.

“(Pemindahan lokasi tarawih ke Istiqlal) Sudah tepat. Lagipula Gubernur DKI itu jangan urusi yang salat-salat gitu lah. Urusi yang tupoksinya (tugas pokok fungsi) saja yaitu pemerintahan. Bagaimana supaya pemerintahan baik, bagaimana supaya kalau yang dulunya banjir, berkurang. Itu masyarakat Jakarta puas. Dari macet jadi tidak macet. Pelayanan publik semakin bagus,” ucap Masduki.

“Kalau urusan tarawih tanpa diurus akan jalan. Kalau dia ngurusin tarawih dan ngumpulin orang banyak, malah banyak yang curiga. Ada apa ini kok tiba-tiba ngurusin tarawih untuk persatuan umat Islam, ada apa? Padahal tanpa diurus, tarawih akan jalan apakah 23 rakaat apakah 8 rakaat,” sambung dia.

Usul Digelar di Masjid Kampung

Anies dan Sandi akhirnya sepakat untuk memindahkan salat tarawih akbar dari Monas ke Masjid istiqlal. Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti mengapresiasi keputusan tersebut.

“Saya mengapresiasi sikap bijak Wagub DKI yang memperhatikan aspirasi masyarakat dengan membatalkan rencana tarawih di Monas dan melaksanakan di Masjid Istiqlal,” kata Abdul kepada detikcom, Senin (21/5).

Ia menegaskan, apresiasi tersebut muncul karena Anies dan Wagub Sandiaga Uno akhirnya mengikuti usulan Muhammadiyah untuk memindahkan tarawih akbar ke Masjid Istiqlal.

Tak hanya itu, Abdul juga melontarkan apresiasinya kepada Pemprov DKI, dalam hal ini Anies dan Sandi, untuk dapat mau lebih dekat dengan masyarakat. Caranya, Anies-Sandi bisa menggelar kegiatan tarawih hingga ke perkampungan. Dengan kegiatan semacam itu, dikatakan oleh Abdul, Anies-Sandi dapat melihat secara langsung kondisi warganya.

“Bahkan, Pemerintah DKI bisa menyelenggarakan tarawih di masjid-masjid kampung. Selain untuk memakmurkan masjid, juga lebih mendekatkan pemimpin DKI dengan masyarakat. Gubernur dan wakil gubernur bisa melihat langsung keadaan dan menampung aspirasi masyarakat DKI, khususnya umat Islam,” ujarnya memberi usulan.

Seperti diketahui, kegiatan tarawih akbar yang direncanakan oleh Pemprov DKI tersebut mendapat kritikan dari berbagai pihak khususnya MUI dan ormas Islam, salah satunya Muhammadiyah. Muhammadiyah menyarankan agar salat tarawih di Monas ini dikaji ulang untuk mencegah timbulnya konflik. (mb/detik)

Pos terkait