Yusril Harap Amien Rais Tak Lagi Berdusta Usai Temui Rizieq

Metrobatam, Jakarta – Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra menilai usulan terkait deklarasi terbuka koalisi partai untuk Pilpres 2019 yang disampaikan oleh Pimpinan Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab merupakan langkah positif mewujudkan keinginan umat.

Usulan itu sebelumnya disampaikan Rizieq saat bertemu dengan Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto dan Ketua Dewan Kehormatan PAN, Amien Rais usai melaksanakan ibadah umroh di Mekkah, Arab Saudi beberapa waktu lalu.

“Kami menyambut baik apa yang diusulkan Habib Rizieq dan sudah dibicarakan juga dengan pak Prabowo saat pertemuan dengan beliau di sana. Kami menganggap itu satu ide yang baik dan sudah terbentuk satu pikiran di tengah masyarakat kita seperti itu,” kata Yusril di kantornya di bilangan Kasablanka, Jakarta Selatan, Senin (4/6).

Menurut Yusril, usulan itu perlu segera ditindaklanjuti oleh Gerindra, PAN, PKS dan PBB. Yusril berharap pembicaraan nantinya juga mengarah pada soal calon presiden dan wakil presiden yang akan diusung dalam pemilu 2019.

Bacaan Lainnya

Namun demikian, Yusril mengingatkan agar pembicaraan bisa dilakukan secara jujur. Yusril khawatir jika kejadian pada 1999 lalu terulang kembali pada dirinya.

“Mudah-mudahan tidak terulang seperti kasus 1999 saya kan ikut dikerjain saat 1999 itu. Kami berharap kali ini ada satu pembicaraan yang baik dengan kejujuran, khususnya kepada pak Amien Rais, saya berharap demikian,” tutur Yusril.

Sebelumnya Yusril menyebut Amien Rais pernah berdusta saat menjabat sebagai Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat 1999 silam. Dusta itu terkait pemilihan presiden di mana dirinya saat itu harus berkompetisi dengan Gus Dur dan Megawati. Padahal, menurut Yusril, semestinya dirinya merupakan calon tunggal.

“Saya sudah sering mengatakan Amien Rais itu berdusta. Sampai hari ini Amien Rais tidak berani men-challenge omongan saya tidak benar. Itu fakta sejarah,” ucap Yusril di kantor Bawaslu, Jakarta, Jumat (2/3).

Yusril menceritakan, kala itu masa pendaftaran calon presiden 1999 ditutup pada pukul 07.00 WIB. Yusril mengaku telah mendaftar sebelum pendaftaran ditutup. Berkas-berkas persyaratan pun telah diserahkan ke pihak MPR. Saat itu memang pemilihan presiden dilakukan oleh anggota DPR dan MPR, tidak seperti sekarang yang dipilih langsung oleh rakyat.

Pada waktu pendaftaran ditutup, kata Yusril, tidak ada orang lain yang mendaftar sebagai calon presiden selain dirinya. Dia berani mengatakan hal tersebut karena mengaku berada di gedung MPR memantau siapa yang akan mendaftar.

“Gus Dur belum daftar, Megawati belum juga. (tapi) Jam 8 mereka daftar,” kata Yusril.1

Bukan hanya terlambat, kata Yusril, tetapi berkas mereka juga tidak lengkap. Padahal seseorang yang ingin mendaftar menjadi capres mesti menyerahkan sejumlah berkas. Itu termasuk berkas yang menyangkut kesehatan, tidak sedang terjerat kasus hukum, tidak sedang pailit, dan tidak terlibat dalam Gerakan 30 September 1965.

Yusril mengklaim telah menyerahkan semua berkas tersebut. Berbeda dengan kedua peserta lainnya. “Gus Dur tidak menyerahkan apa-apa. Megawati juga tidak,” katanya.

Namun semua berlanjut. Sidang Paripurna MPR lalu dimulai pada Pukul 09.00. Agenda sidang yakni pemilihan presiden.

Yusril kaget, karena Amien Rais yang kala itu menjabat sebagai Ketua MPR, mengatakan bahwa ada tiga calon presiden yang akan dipilih. Mereka adalah Gus Dur, Megawati dan Yusril. Menurut penuturan Amien, lanjut Yusril, ketiga calon presiden telah menyerahkan berkas-berkas syarat pendaftaran.

“Ketiga-tiganya telah menyerahkan berkas dan lengkap. Jadi kita sahkan tiga calon, setuju?,” tutur Yusril menirukan Amien kala itu.

Yusril mengaku bisa saja menginterupsi dan mengatakan bahwa Amien Rais berdusta. Selain itu, dirinya pun bisa saja membeberkan bahwa Gus Dur dan Megawati mendaftar setelah masa pendaftaran ditutup dan Keduanya juga belum menyerahkan berkas-berkas persyaratan sebagai calon presiden.

Namun Yusril memilih untuk diam. Ia saat itu menilai, keputusan yang diucapkan dalam rapat terbuka untuk umum adalah sah secara hukum.

“Saya tidak teriak. Saya diam saja, karena saya tahu keputusan yang diucapkan dalam rapat pleno terbuka untuk umum, itulah yang mengikat,” ucapnya.

Menanggapi hal tersebut, Hanafi Rais, putra Amien Rais yang juga Wakil Ketua Umum PAN menjawab, “Profesor Yusril layak dan pantas untuk maju Pilpres 2019. Move on dan move forward, Prof…”

Ketika ditanya lagi apakah benar Gus Dur dan Megawati sebenarnya terlambat mendaftar dan tidak memenuhi berkas, ia tak menjawab. Yang jelas, kata dia, Pemilu saat itu tidak dimenangi Yusril, melainkan oleh Gus Dur. (mb/cnn indonesia)

Pos terkait