Cerita Miris Keluarga di Afghanistan Jual Anak Akibat Kekeringan

Herat – Kekeringan panjang melanda Afghanistan dan memaksa keluarga menjual anak-anak mereka. Tujuannya agar keluarga tersebut bisa bertahan hidup.

Dilansir dari CNN, Jumat (23/11), salah satu ibu yang menjual anaknya adalah Mamareen. Dia mengaku terpaksa menjual anaknya yang bernama Akila (6) senilai 3 ribu dolar kepada Najmuddin yang telah berjanji menikahkan Akila dengan putranya yang berusia 10 tahun, Sher Agha.

“Saya meninggalkan desa saya dengan ketiga anak saya karena kekeringan yang parah. Saya datang ke sini berpikir bahwa saya akan menerima bantuan, tetapi saya tidak punya apa-apa. Untuk menghindari kelaparan di antara anak-anak saya, saya memberikan anak saya kepada seorang pria seharga 3.000 dolar, tetapi hanya mendapat 70 dolar sejauh ini. Saya tidak punya uang, tidak ada makanan dan tidak ada pencari nafkah, suami saya juga terbunuh,” ujar Mamareen di tenda pengungsian di luar Herat.

Tujuan Mamareen terpaksa menjual anak agar bisa memberi makan anak-anaknya yang lain. Dia juga mengaku tak memberitahu anaknya kalau dirinya telah dijual.

Bacaan Lainnya

“Dia tidak tahu bahwa saya telah menjualnya. Bagaimana dia tahu? Dia masih kecil. Tapi saya tidak punya pilihan lain. Entah karena air mata atau tawa, dia harus pergi. Siapa yang akan menjual sepotong hatinya kecuali mereka benar-benar harus?” sambungnya.

Kini, Akila berada di tenda lain yang lebih kaya di lokasi tersebut bersama Najmuddin selaku pembelinya. Menurut Najmuddin, tindakannya adalah amal meski sebenarnya transaksi ini merupakan bagian dari budaya di mana anak perempuan diperdagangkan sebagai bentuk mas kawin dibanding menanyakan kesediaannya untuk menikah.

“Keluarganya tidak punya makanan untuk dimakan. Mereka lapar. Aku tahu aku juga miskin, tapi aku yakin aku bisa melunasinya perlahan dalam dua hingga tiga tahun. Tidak masalah. Hal-hal ini terjadi di sini. Bahkan seorang lelaki tua menikahi gadis muda. Itu terjadi,” ujar Najmuddin.

Najmuddin sebenarnya juga korban kekeringan parah di Afghanistan barat, yang dulunya merupakan lumbung pangan negara. Dia mengatakan terjadi gagal panen dan hewan ternak mati kelaparan karena tak ada juga makanan untuk ternak.

“Hasil panen gandum gagal, kami tidak bisa menanam melon, semua tanaman lain gagal karena kekeringan. Kami kehilangan ternak kami. Domba, sapi dan kambing semuanya mati kelaparan karena tidak ada makanan untuk mereka,” ujarnya.

Kasus penjualan anak ini bukan yang pertama terjadi. Seorang pria yang menolak untuk menyebutkan namanya juga bercerita soal penjualan putrinya yang berusia 4 tahun.

“Saya tidak memiliki pilihan lain, saya tidak memiliki uang dan tidak ada sumber penghasilan. Pria itu datang ke sini dan memberi saya dua pilihan baik untuk membayar kembali uangnya atau memberinya anak perempuan saya. Saya pergi dengan yang terakhir,” ucap pria tersebut.

PBB memperkirakan bahwa lebih dari 275.000 orang telah mengungsi akibat kekeringan, 84.000 dari mereka di kota itu sendiri, dan 182.000 di wilayah Badghis.

Hujan yang gagal selama empat tahun telah membuat gagal panen di kawasan itu. Kondisi cuaca yang ekstrim menyebabkan kekhawatiran bahwa perubahan iklim global memiliki dampak yang parah pada negara yang dilanda perang berkepanjangan ini. (mb/detik)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *