Di Era Jokowi, Neraca Dagang Surplus 3x Tekor 2x

Metrobatam, Jakarta – Belakangan ini neraca perdagangan Indonesia selalu berada pada zona defisit. Sepanjang tahun 2018, baru tiga kali neraca dagang mengalami surplus.

Berdasarkan rangkuman detikFinance, Jakarta, Rabu (19/12). Neraca perdagangan yang surplus terjadi pada bulan Maret, Juni, dan September. Pada tahun ini didominasi dengan defisit.

Namun, bagaimana dengan perjalanannya selama di era Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wapres Jusuf Kalla (JK)?

Berikut datanya:

Bacaan Lainnya
  1. Pada 2014, neraca perdagangan mengalami defisit US$ 1,89 miliar. Di mana, nilai ekspor secara kumulatif Januari-Desember 2014 US$ 176,29 miliar dan nilai impornya US$ 178,18 miliar. Pada tahun ini, Susilo Bambang Yudhoyono masih menjabat sampai Oktober baru beralih ke Jokowi-JK.
  2. Pada 2015, neraca perdagangan mengalami surplus US$ 7,2 miliar. Di mana, secara kumulatif dari Januari-Desember 2015 nilai ekspor sebesar US$ 142,74 miliar dan nilai impor sebesar US$ 118,23 miliar.
  3. Pada 2016, neraca perdagangan mengalami surplus US$ 8,78 miliar. Di mana, secara kumulatif dari Januari-Desember 2016 nilai ekspor US$ 144,43 miliar, dan nilai impor sebesar US$ 135,65 miliar.
  4. Pada 2017, neraca perdagangan mengalami surplus US$ 11,84 miliar. Di mana, secara kumulatif Januari-Desember 2017 nilai ekspor sebesar US$ 168,728 miliar dengan impor US$ 156,893 miliar.
  5. Pada 2018, khususnya sampai dengan November. Neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit US$ 7,52 miliar. Di mana, secara kumulatif Januari-November 2018, total nilai ekspor Us$ 165,81 miliar dengan total impor sebesar US$ 173,32 miliar. (mb/detik)

Pos terkait