Bagus Bawana Putra Ditangkap, PPP: Hoaks Surat Suara Terencana

Metrobatam, Jakarta – Bareskrim Polri telah menangkap tersangka pembuat berita bohong atau hoaks mengenai adanya tujuh kontainer berisi surat suara Pemilu yang sudah dicoblos, Bagus Bawana Putra (BBP).

Dengan adanya penangkapan itu, Wasekjen PPP Achmad Baidowi menilai, informasi sesat itu diduga kuat memang sudah terencana. Apalagi, Bagus Bawana Putra disinyalir merupakan salah satu relawan dari Calon Presiden dan Wakil Presiden nomor urut 02.

“Dugaan ke sana tidak bisa dihindari (terstruktur dan terencana) karena pelakunya menjadi timses ataupun relawan salah satu paslon,”ucap Awiek sapaan akrabnya kepada Okezone, Jumat (11/1/2019).

Menurut Awiek, adanya hal tersebut juga telah bertujuan menyerang ke berbagai lini, mulai dari lawan politiknya hingga penyelenggara Pemilu. Mengingat, kasus itu merugikan semua pemangku kepentingan.

Bacaan Lainnya

“Maka kalau kemudian ada dugaan bahwa massif-nya hoaks untuk upaya mendelegitimasi penyelenggara pemilu. Sehingga hoaks merembet ke hal yang sifatnya pribadi,” tutur Awiek.

Polisi sebelumnya menyebut rekaman suara yang beredar terkait informasi hoaks surat suara tercoblos sangat identik dengan suara Bagus Bawana.

“Dengan menggunakan algortima Gaussian Mixture Model (GMM) ini barang bukti kita lakukan uji (dengan suara pembanding) dan dari hasil uji itu kita mendapatkan empat rekaman suara barang bukti itu identik dengan suara atas nama tersangks BBP,” kata penyidik sekaligus ahli informasi teknologi dari Puslabfor Polri, Kombes M Nuh.

Sementara Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin, Johnny G Plate menduga terdapat aktor intelektual atau white collar crime yang bergerak di balik pembuatan kabar bohong atau hoaks tujuh kontainer berisi surat suara untuk Pilpres 2019 sudah dicoblos.

Johnny mengatakan demikian merespons penangkapan disertai penetapan tersangka terhadap Ketua Umum Dewan Koalisi Relawan Nasional (Kornas) Prabowo Presiden, Bagus Bawana Putra atas dugaan kasus hoaks tujuh kontainer berisi surat suara tercoblos jelang Pilpres 2019.

Johnny pun meminta pihak kepolisian mengusut tuntas sampai ke aktor intelektual yang bermain di balik pembuatan dan penyebaran hoaks surat suara tersebut.

“Kami minta polisi bekerja cepat mengusut ini, tak hanya pelaku lapangan atau blue collar crime saja atau penjahat politik di tingkat lapangan, tapi white collar political criminal, aktor-aktor intelektualnya juga ada,” kata Johnny saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (10/1).

Politikus Partai Nasdem itu juga menduga bahwa tindakan yang dilakukan Bagus turut memiliki kaitan dengan Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto- Sandiaga Uno.

Ia menyatakan bukti itu terlihat dalam rekaman suara terkait hoaks tujuh kontainer berisi surat suara Pemilu 2019 yang sebelumnya beredar di media sosial.

“Tidak bisa mereka [BPN] mengatakan tak ada hubungan, tak ada hubungan, wong ada rekaman itu disampaikan kok. Dia [Bagus] melaporkan ke DPP partai tertentu. Dia melaporkan ke salah satu tokoh penting di paslon sebelah, dia sebut nama, ya itu kan,” kata Johnny.

Johnny menilai penyebaran hoaks yang dilakukan Bagus Bawana sangat berbahaya bagi kemajuan demokrasi di Indonesia. Sebab, tindakan itu dapat mendelegitimasi pemerintah dan penyelenggara pemilu serta proses pemilu yang berlangsung.

“Juga bisa mendelegitimasi peserta pemilu, dalam hal ini paslon 01 dan parpol pengusungnya, lalu mendelegitimasi hasil pemilu, ini berbahaya sekali, ini criminal politik,” kata dia.

Lebih lanjut, dia turut mengapresiasi kinerja kepolisian yang mampu dengan cepat mengusut kasus tersebut.

Meski begitu, ia turut mendesak agar kepolisian mencari dalang atau aktor intelektual di balik kasus tersebut dengan cepat.

“Harus dibongkar dong aktor-aktornya. Kita minta polisi, kalau dari data yang ada, dia [Bagus] kan Ketua Kornas Relawan Prabowo, ini harus diungkap apakah ada hubungannya dengan BPN, harus diungkap, ya harus diakhiri,” kata dia.

Ungkap Aktor Intelektual

Jaringan Insan Muda Indonesia (JIMI) menyambangi gedung Bareskrim Polri di Gambir, Jakarta Pusat, pada Kamis (10/1/2019). Mereka datang untuk menuntut aparat kepolisian agar mengungkap aktor intelektual di balik kasus hoax surat suara di dalam tujuh konatainer.

“Polri jangan takut, rakyat dibelakangmu. Usut tuntas kasus hoax di Republik ini,” kata kooridnator JIMI, Faris di lokasi.

Faris menyarankan, seluruh pelaku penyebaran hoaks diberikan efek jera agar bisa menjadi pelajaran dan tidak terulang kembali. Ia sangat menyesalkan adanya peristiwa itu dalam menyongsong Pemilu 2019.

“Hoax Ratna Sarumpaet sudah, Hoax selang cuci darah sudah, kini hoaks 7 kontainer surat suara tercoblos berikutnya apalagi coba. Publik kita sudah cerdas, siapa biang keroknya dibalik ini,” ujarnya.

Setelah melakukan penyampaian pendapat di Bareskrim Mabes Polri, mereka melanjutkan aksi di depan Gedung MUI. Sekumpulan massa itu meminta Wakil Sekretaris Jenderal MUI, Ustaz Tengku Zulkarnain untuk mundur dari jabatannya. Sebab, yang bersangkutan diduga ikut menyebarkan berita bohong itu melalui akun media sosialnya.

“Kenapa informasi 7 kontainer surat suara tercoblos yang ternyata hoaks itu ditelan mentah-mentah yang belum tentu kebenarannya lalu disebar dan menimbulkan kegaduhan. Ini bukan karakter ulama, mestinya Tabayun terlebih dulu minimal punya niatan baik seharusnya kontak KPU melalui LO nya,” ujarnya.

Faris berharap MUI bisa diisi oleh figur-figur yang bisa membawa kedamaian dan kesejukan bukan kebencian.

“Rekam jejaknya kan kelihatan dengan materi ceramah yang dibawakan kerap menyinyir dan memprovokasi jamaah agar membenci pemerintahan Jokowi. Sangat miris sekali MUI kok diisi orang demikian, bukannya sampaikan ceramah sejuk dan damai,” pungkasnya. (mb/okezone/detik)

Pos terkait