Dokter RSUD Ini Dianiaya Keluarga Pasien hingga Bibirnya Luka Parah

Metrobatam, Waisai – Nahas menimpa seorang dokter pada RSUD Waisai, Raja Ampat, berinisial FJ. Ia dianiaya keluarga pasien saat sedang tugas jaga di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Raja Ampat untuk menangani pasien emergency, pada Selasa (12/2) dini hari. Akibat penganiayaan tersebut, FJ mengalami luka sobek pada bagian bibir sebelah bawah dan mendapatkan tiga jahitan.

Kepada Okezone, korban dokter FJ menjelaskan kronologi kejadian penganiayaan yang dilakukan kerabat pasien. Menurut korban, kejadian berawal saat pasien yang dibawa keluarganya dalam kondisi emergency. Namun, saat pasien tiba di IGD dan diperiksa sudah tidak ada tanda-tanda kehidupan alias meninggal dunia.

Hasil pemeriksaan itu disampaikan kepada pihak keluarga pasien, bukan mendapat respons yang baik, dokter yang menangani pasien malah dianiaya. Dokter FJ hingga mengalami luka serius pada bibir bagian bawah dan mendapatkan tiga jahitan.

“Jadi, kejadian sampai terjadi penganiayaan itu berawal saat pasien dibawa keluarganya dari luar ke IGD, saya sebagai dokter jaga dari ruangan, saya langsung periksa pasien, karena memang ini pasien emergency, saya mendahulukan keselamatan pasien, lalu saya ambil tindakan pertama untuk periksa pasien,” ujar FJ kepada Okezone, Selasa (12/2).

Bacaan Lainnya

FJ diserang dua anak pasien, yang salah satu di antaranya menarik kerah bajunya dan adiknya pasien tersebut memukul dokter pada bagian bibir. Padahal, ia telah menegaskan kondisi pasien tersebut sudah tak bernyawa.

“Setelah periksa memang sudah tidak ada tanda-tanda kehidupan, tidak ada sama sekali, pergerakan nafas sama sekali tidak ada, denyut nadi tidak terasa, renkes pupil di mata juga sudah tidak ada. Setelah periksa, saya sampaikan baik-baik kepada keluarga pasien, ini pasien sudah meninggal, saat saya sampaikan kondisi pasien sudah meninggal, anaknya pasien yang di depan saya itu langsung ngamuk,” katanya.

“Dia ngamuk dia bilang kau (dokter) bicara apa, kau bicara yang benar, kau periksa baik-baik, atas ungkapan anak pasien itu saya sampaikan kepada yang bersangkutan termasuk keluarga pasien yang berada di dalam IGD bahwasannya, saya sebagai dokter dalam menangani pasien sudah sesuai prosedur dan tidak asal bicara,” imbuhnya.

Menurutnya, kemungkinan pasien meninggal dalam perjalanan atau saat masih di rumah, namun penyampaian itu membuat pelaku semakin emosi, dan menarik kerah bajunya. FJ sempat mundur, tapi ada salah seorang adik pelaku yang berdiri tepat di sampingnya langsung melayangkan pukulan tepat ke bibirnya hingga luka parah dan harus menjalani tiga jahitan.

Setelah dianiaya, dokter FJ diamankan ke ruangan sebelah untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Sedangkan pihak keluarga pasien yang tadi melakukan pemukulan justru mengejarnya untuk minta penjelasan sebab kematian ayah mereka.

“Setelah pemukulan itu, kemudian saya diamankan beberapa petugas medis ke ruangan sebelah, malah saya dikejar oleh salah satu pelaku, dia datang untuk menanyakan penyebab kematian ayahnya, bagaimana saya mau jelaskan kalau saya sudah dianiaya dan sudah merasa terancam,” ujar FJ.

Atas peristiwa tersebut, FJ yang didampingi rekan-rekannya langsung menuju Polres Raja Ampat untuk membuat laporan. Aksi penganiayaan atau pemukulan terhadap dokter RSUD Waisai, Raja Ampat, Dokter RJ berbuntut aksi mogok para petugas medis di rumah sakit tersebut.

Mereka menempelkan pengumuman pada pintu masuk UGD. “UGD TUTUP Tidak Terima Pasien Karena Ada Kasus Pemukulan Terhadap Dokter Jaga UGD, Kami Ingin Melayani Tapi Kami Tidak Ingin Dianiaya…!!!”demikian tulisan yang ditempelkan pada pintu masuk IGD.

Aksi mogok ini terjadi pada Selasa dini hari, tepat setelah peristiwa pemukulan terhadap dokter jaga di IGD RSUD Raja Ampat. Pantauan Okezone, Selasa siang tadi, di Tempat Kejadian Perkara (TKP) sekira pukul 10.00 wit, memang benar, ruangan IGD tampak sepi dan tidak ada pelayanan sama sekali. Hal itu juga dibenarkan oleh sejumlah petugas rumah sakit yan ditemui di TKP.

Direktur RSUD Raja Ampat, Agus Arianto membenarkan adanya tindakan penganiayaan terhadap dokter jaga. Ia mengaku kecewa dengan tindakan main hakim sendiri yang dilakukan keluarga pasien. Padahal, menurutnya, pelayanan petugas medis atau dokter jaga di RSUD Waisai dalam mengambil tindakan pertolongan kepada pasien sudah sesuai prosedur.

“Saya sangat menyesalkan adanya main pukul begini yah mas, apalagi petugas medis telah bekerja sesuai prosedur dalam berikan pertolongan kepada pasien, kan saat diperiksa kondisi pasien memang sudah tak bernyawa dalam hal ini sudah meninggal yah, kalau demikian kan kita tidak bisa berikan RJP, petugas kami sudah sampaikan hal itu baik-baik ke pihak keluarga pasien, ini malah dokter kami dianiaya seperti ini,” ujar Agus Arianto kepada Okezone.

Menurut Agus, dalam aturan tenaga medis tidak boleh diperlakukan semena-mena, seperti contohnya di medan perang, tenaga medis betul-betul dijaga. Terkait adanya aksi mogok para petugas medis di IGD RSUD Waisai, menurut Agus, hal itu spontanitas dari para petugas medis terkait adanya kasus penganiayaan rekan mereka.

“Yah, bukan mogok ya sebenarnya, itu kalau mau dibilang spontanitas kawan-kawan, karena ada rekan mereka dianiaya. Jadi lebih pada mengamankan diri, takutnya hal itu terjadi lagi begitu, tapi pelayanan kesehatan di IGD RSUD sudah kembali normal yah, tadi sudah ada pelayanan dan korban juga sudah melaporkan kasus ini ke pihak kepolisian,” kata Agus. (mb/okezone)

Pos terkait