Kasus Paedofilia di Bali, 12 Anak Sempat Kabur dari Asrama

Metrobatam, Denpasar – Kasus paedofilia yang terjadi di salah satu asrama di Klungkung, Bali, rupanya sudah terjadi beberapa kali. Saksi menyebut pada 2008 silam sempat ada 12 anak yang kabur dari asrama.

“Saya menceritakan dua peristiwa berbeda dengan korban yang berbeda. Kejadian 2008 yang 12 orang kabur karena mengalami kekerasan seksual dari GI,” kata pemerhati anak Siti Sapura di Denpasar, Bali, Jumat (1/2).

Ipung–sapaan karibnya–mengatakan kala itu ke-12 anak tersebut kemudian diselamatkan oleh dua tokoh pemerhati anak untuk dibawa ke rumah salah seorang tokoh di Bali. Di rumah tersebut, belasan anak itu dirawat dan dibiayai oleh pemerintah.

“Ke-12 anak itu diantar Mbak Agung dan sopirnya, Mbak Gayatri, diantar ke rumah I Gusti Ngurah Arta. Selama dia berada di rumah I Gusti Ngurah Arta, dari informasi yang saya dapat, semua ditanggung makan oleh Pak Puspayoga selaku wali kota pada saat itu. Mbak Gayatri mengatakan saat itu datanya semua ada Pak Ngurah Arta dan anak-anak masuk perguruan Sandhi Murti. Kita kasih informasi itu (ke polisi),” kata Ipung.

Bacaan Lainnya

Ipung mengatakan, saat diperiksa polisi, dia juga menerangkan soal pertemuan di rumah psikiater Prof Suryani pada sekitar Maret 2015. Saat itu ada seorang korban yang sudah berniat melaporkan kasus pelecehan yang dialaminya ke polisi. Namun tiba-tiba, di saat hari-H, rencana pelaporan itu batal karena inkonsistensi para pemerhati anak yang terlibat kala itu.

“Penyidik mulai bekerja dari investigasi, karena saya mengetahui dari rapat-rapat itu, nama-nama orang yang hadir saat itu,” terangnya.

Di lokasi yang sama, Dwitra J Aryana mengatakan pihaknya juga menemukan salah satu bule yang menjadi donatur di asrama tersebut melalui jejaring Facebook. Bule itu bercerita sempat bertengkar hebat dengan GI saat ada 12 anak asrama yang kabur.

“Dave itu, menurut informasi bule yang sempat berkonflik dengan GI sehingga bule itu keluar dari sana,” ucap Dwitra.

Dia berharap polisi bisa benar-benar mengungkap kasus paedofilia ini hingga terang benderang sehingga tak ada lagi anak-anak yang jadi korban.

“Ini kasus besar sekali kenapa tidak ada yang bersuara, saya berawal dari posting, awal saya ribut di FB respons-respons orang itu tidak bisa diabaikan kalau peristiwa itu ada. Nggak bisa kita abaikan begitu saja, saya yakin peristiwa itu ada, apalagi ada surat pernyataan dan dia siap jadi saksi itu kenapa saya gemes dan menyuarakan lewat medsos,” tuturnya.

“Kalau mencari korban sendiri saya takut melakukan pelanggaran hukum karena bukan kewenangan saya. Saya hanya masyarakat biasa yang memberi perhatian lebih dengan kasus ini,” tutur Dwitra. (mb/detik)

Pos terkait