Moeldoko Minta Waspadai Revolusi Jari dan Semburan Hoaks

Metrobatam, Jakarta – Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko meminta aparat pemerintahan meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi tantangan teknologi pada zama berkembang saat ini. Moeldoko menyebut ada istilah ‘revolusi jari’ yang coba menggeser tujuan dari revolusi mental.

“Saya menjuluki ada sebuah revolusi jari. Di mana sebuah berita ditentukan kecepatan untuk 30 detik,” kata Moeldoko dalam Rakornas Kementerian Dalam Negeri Bidang Kehumasan dan Hukum, di Jakarta, Senin (11/2).

Moeldoko menjelaskan revolusi jari menunjukkan kecenderungan seseorang membaca berita tanpa melakukan kroscek kebenaran terlebih dulu. Padahal, kata dia, berita yang didapat merupakan berita paradoks atau tidak sesuai kenyataan.

Dampaknya, kata dia, muncul ketidakpercayaan, ketidakpastian dan keragu-raguan terhadap kinerja pemerintah. Ini terjadi, kata Moeldoko, karena berita-berita paradoks disemburkan secara konsisten dari waktu ke waktu.

Bacaan Lainnya

“Akhirnya terjadilah post-truth itu, di mana logika manusia sudah tidak berjalan. Kebenaran tidak menjadi penting, akhirnya pembenaran menjadi dikedepankan,” ujarnya.

Hal ini, lanjut Moeldoko, disebabkan salah satunya ketidaksiapan aparat pemerintah dalam menghadapi perkembangan teknologi informasi.

“Terjadi disruptive, ketidaksiapan kita dalam menghadapi teknologi informasi,” katanya.

Menurut dia, semburan hoaks membuat kerja pemerintah yang luar biasa, dapat dipatahkan dengan semburan berita yang tidak jelas, berita bohong, fitnah.

“Teman-teman (kehumasan) bekerja siang malam menjadi tak ada maknanya. Presiden mendengar keluhan masyarakat tiap pagi, tapi dengan semburan berita bohong bertubi-tubi, musnah dan hilang,” kata dia. (mb/cnn indonesia)

Pos terkait