Adik Wiji Thukul: Lebih Fair bila Prabowo Hadir ke Komnas HAM

Metrobatam, Jakarta – Adik kandung dari aktivis buruh yang diculik pada rezim Orde Baru (Orba) Wiji Thukul, Wahyu Susilo mendorong capres nomor urut 02 Prabowo Subianto untuk mendatangi Komnas HAM menjelaskan perihal penculikan dan penghilangan paksa oleh tim Mawar.

“Akan lebih fair apabila Pak Prabowo datang ke Komnas HAM untuk menjelaskan kalau beliau bersedia untuk itu. Karena diingkari atau tidak sudah ada keputusan DKP,” ujar Wahyu saat menjadi salah satu pembicara dalam program Layar Pemilu Terpercaya di CNNIndonesia TV, Rabu (13/3) malam.

Widji Widodo alias Wiji Thukul hilang sejak masuk daftar penculikan anggota Kopassus yang tergabung dalam tim Mawar. Hingga kini, pria yang meninggalkan seorang istri dan dua buah hati itu tak diketahui rimbanya setelah diduga diculik Tim Mawar pada akhir rezim Orba tersebut.

Istri dari Wiji, Sipon, melaporkan dugaan hilang suaminya tersebut ke KontraS pada 2000 yang kala itu masih dipimpin Munir Said Thalib. Munir sendiri kemudian tewas dalam penerbangan ke Amsterdam karena racun.

Bacaan Lainnya

“Saya kira hampir di sepanjang perjalanan sejak kasus [penculikan Tim Mawar] ini terungkap, diungkapkan oleh almarhum Cak Munir, kita terus berjuang entah itu ada pilpres, entah itu tidak. Kita terus melakukan pencarian seperti itu bukan hanya di tingkat nasional, kita juga mendesak ini juga menjadi perhatian di tingkat internasional,” ujar Wahyu.

Kasus penculikan para aktivis prodemokrasi oleh tim Mawar pada 1998 silam ini kembali mencuat setelah mantan anggota Dewan Kehormatan Perwira (DKP) Agum Gumelar.

Dalam sebuah diskusi beberapa waktu lalu, Agum menyebut Prabowo diberhentikan dari dinas militer karena terbukti bersalah melakukan pelanggaran HAM. Itu berdasarkan hasil penyelidikan DKP selama satu bulan.

Wahyu menerangkan hingga saat ini, Prabowo belum pernah datang ke Komnas HAM memberikan keterangan ataupun kesaksian perihal pelanggaran HAM yang membuat eks menantu Presiden ke-2 RI Soeharto itu dikeluarkan dari militer.

“Saya kira ini adalah perjuangan jangka panjang yang tidak akan pernah menyerah kita. Apapun situasinya bahkan kita juga menuntut mengkritik pemerintah untuk menyegerakan [penyelesaian kasus penculikan aktivis] ini,” kata Wahyu.

Wahyu pun menyinggung perihal rekomendasi dari DPR yang telah disampaikan pada 2009 silam tentang Pansus Orang Hilang. Nyatanya, sindir Wahyu, sepanjang 2009-2014 tak ada kabar perihal dokumen tersebut baik oleh pemerintahan pada masa tersebut.

“Jadi ada persoalan selain prosedural juga ada persoalan politik di masa lalu untuk menghambat penyelesaian kasus ini,” ujar Wahyu.

Pada kesempatan yang sama, Juru bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Andre Rosiade menyebut keluarga korban aktivis yang diculik pada 1998 telah dimanfaatkan kubu capres petahana Joko Widodo (Jokowi) untuk kepentingan Pilpres 2019.

“Tanya Jokowi ngapain aja empat tahun ini jadi presiden. Jangan sekarang kalah survei, tidak ingin kekuasaan hilang digoreng,” ujar dia.

Menanggapi hal tersebut, Wahyu membantah mereka telah dimanfaatkan untuk kepentingan Pilpres 2019.

Wahyu menerangkan para keluarga, kerabat, dan pejuang HAM dari aktivis yang hilang oleh penculikan tim Mawar itu selalu berupaya menggunakan momentum guna menolak lupa dan mencari kebenaran.

“Soal momentum memang ada setiap momentum kita pakai. Misalnya di dalam momentum UN ketika Indonesia mencalonkan diri sekarang juga Indonesia mencalonkan diri sebagai anggota Dewan HAM, kita mendesakkan kepada pemerintah,” kata Wahyu yang kini dikenal sebagai aktivis Migrant Care tersebut. (mb/cnn indonesia)

Pos terkait