Tertinggi 2019, Harga Minyak Brent Dekati 70 Dolar AS Per Barel

Metrobatam.com, New York – Harga minyak dunia mencapai level tertinggi sejauh tahun ini pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), dengan minyak mentah Brent mendekati 70 dolar AS per barel, karena prospek lebih banyak sanksi-sanksi terhadap Iran dan gangguan di Venezuela lebih lanjut dapat memperdalam penurunan pasokan yang dipimpin OPEC.

Minyak mentah Brent untuk pengiriman Juni naik 0,36 dolar AS atau 0,52 persen menjadi ditutup pada 69,37 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Patokan global mencapai puncak sesi di 69,52 dolar AS per barel, tertinggi sejak 13 November.

Sementara itu, minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei naik 0,99 dolar AS atau 1,61 persen, menjadi menetap pada 62,58 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, setelah menyentuh 62,75 dolar AS per barel, level tertinggi sejak 7 November.

Amerika Serikat mempertimbangkan lebih banyak sanksi-sanksi terhadap Iran, produsen terbesar keempat di Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), kata seorang pejabat.

Bacaan Lainnya

Tiga dari delapan negara di mana Washington memberikan keringanan untuk mengimpor minyak Iran, kini telah memotong pengiriman mereka dari Iran menjadi nol, kata seorang perwakilan khusus AS pada Selasa (2/4).

Sementara itu, terminal minyak mentah di Venezuela, juga di bawah sanksi-sanksi AS, menghentikan operasi lagi karena pemadaman listrik.

“Penggerak terbaru tampaknya adalah gagasan bahwa pasokan yang diperketat akan menciptakan gambaran fundamental yang lebih kuat,” kata Direktur Riset Pasar Tradition Energy, Gene McGillian. “Pasar terus terdorong lebih tinggi.”

Namun, ekspor Venezuela tampak stabil pada Maret setelah pengirimannya turun sekitar 40 persen pada Februari dari Januari.

Namun pengurangan pasokan lebih lanjut dari Iran dan Venezuela dapat memperluas penurunan produksi yang dipimpin OPEC. Pasokan OPEC mencapai level terendah empat tahun pada Maret, sebuah survei Reuters menemukan, karena penurunan yang tidak disengaja dan eksportir utama Arab Saudi memotong lebih banyak dari yang disepakati.

Rusia, produsen non-OPEC terbesar dalam kelompok yang disebut OPEC+, belum mencapai target pengurangan produksi. Produksi minyak Rusia turun menjadi 11,3 juta barel per hari (bph) bulan lalu, data kementerian energi menunjukkan.

Sementara produksi negara itu turun sekitar 112.000 barel per hari dari tingkat Oktober 2018, Rusia telah berjanji untuk memangkas produksi sebesar 228.000 barel per hari dari tingkat itu.

Di Amerika Serikat, persediaan minyak mentah naik tiga juta barel dalam sepekan yang berakhir 29 Maret menjadi 451,7 juta, kelompok industri American Petroleum Institute (API) mengatakan, Selasa (2/4). Analis memperkirakan penurunan 425.000 barel.

Data pemerintah AS akan dirilis pada Rabu waktu setempat.

Pola pada grafik harga minyak dapat menyebabkan kenaikan lebih lanjut. Brent hanya sedikit di bawah rata-rata pergerakan 200-hari dan pergerakan di atas tanda ini akan meningkatkan dukungan teknis, kata Olivier Jakob, analis di Petromatrix.

Investor selama berbulan-bulan telah khawatir bahwa data ekonomi global yang lemah dapat berarti melambatnya permintaan minyak mentah, tetapi data yang lebih sehat minggu ini dari Amerika Serikat dan China mengurangi kekhawatiran tentang ekonomi dan mengangkat harga minyak.

Angka-angka menunjukkan rebound dalam aktivitas pabrik di Amerika Serikat pada Maret dan manufaktur di China kembali ke pertumbuhan.

Sumber : Antara

Pos terkait