Sebanyak 2.942 Warga Jakarta Mengungsi Akibat Banjir

Metrobatam, Jakarta – Meluapnya air Sungai Ciliwung membuat sejumlah warga Jakarta harus mengungsi. Sebanyak 2.942 warga mengungsi akibat banjir yang menggenangi permukiman di sejumlah wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Selatan.

Data yang dihimpun oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mencatat terdapat 16 titik lokasi pengungsian hingga Jumat (26/4) pukul 23.59 WIB. Sebanyak 14 di antaranya berada di wilayah Jakarta Timur, 2 lainnya di wilayah Jakarta Selatan.

Melansir ANTARA, hingga Sabtu (27/4) dinihari, BPBD DKI Jakarta mencatat 18 titik banjir. Di antaranya 4 titik di Jakarta Selatan dan 14 titik di Jakarta Timur.

Di Jakarta Selatan, banjir menggenangi Kelurahan Rawa Jati dan Kelurahan Kebon Baru dengan ketinggian sekitar 10-100 sentimeter. Sementara di Jakarta Timur, banjir menggenangi Kelurahan Cawang, Kelurahan Balekambang, Kelurahan Cililitan, Kelurahan Kampung Melayu, dan Kelurahan Bidara Cina dengan ketinggi berkisar 5-175 sentimeter.

Bacaan Lainnya

Beberapa titik banjir telah surut pada Sabtu dinihari seperti di Kelurahan Pengadegan, Kelurahan Bidara Cina, dan Kelurahan Cawang. Petugas melakukan pembersihan lumpur di titik lokasi yang telah surut pascabanjir.

Evakuasi warga terdampak dilaksanakan oleh BPBD, Dinas Gulkarmat, Dinas Kesehatan, Dinas Kehutanan, Basarnas, PMI, petugas unsur kelurahan, Satpol PP, PPSU, Babinsa, dan masyarakat setempat.

Proses pemadaman listrik di wilayah terdampak banjir juga dilakukan. Selain itu, dilakukan pula pengaturan lalu lintas beberapa ruas jalan terdampak banjir.

Sebelumnya, banjir dilaporkan menyebabkan dua orang tewas. Korban pertama meninggal akibat terseret arus Sungai Ciliwung. Sementara korban lainnya meninggal akibat serangan jantung.

BPBD DKI Jakarta mengimbau masyarakat agar tetap berhati-hati dan waspada terhadap potensi banjir yang terjadi.

Ironi Sampah Kulkas Hingga Lemari

Banjir yang melanda beberapa wilayah Jakarta tak hanya menyisakan duka bagi para korban yang terdampak. Ironinya, banjir juga menyebabkan sampah di Pintu Air Manggarai menggunung.

Tumpukan sampah bukan hanya plastik, tapi mulai dari bambu, kulkas, hingga lemari. Kasatlak UPK Badan Air Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, Rohmat memperkirakan gunungan sampah ini mencapai ribuan kubik dan bervariasi jenisnya.

“Untuk banjir ini mayoritas sampa bambu, batang kayu, gedebong pisang. Mungkin ada juga sampah rumah tangga seperti kasur, lemari, bekas kulkas, tadi ada juga tabung gas kita temukan. Mungkin dominannya sampah kayu sama bambu,” kata Rohmat di Pintu Air Manggarai, Jalan Tambak, Kelurahan Pegangsaan, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (26/4/2019).

Menurut Rohmat, sampah yang menggunung ini karena banjir kiriman dari Bogor. Proses pengangkutan sampah terus dilakukan.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan volume sampah yang ada di pintu air tersebut mencapai 170 ton dalam kurun kurang dari 24 jam terhitung pada Jumat (26/4) sore.

Anies mengatakan sampah di Pintu Air Manggarai melebihi hari biasa. “Di hari sebelumnya, tidak ada volume sampah sebesar ini. Dari informasi Kepala Dinas Lingkungan Hidup volumenya sampai sekitar 170 ton sampah dalam waktu kurang 24 jam. Ini volume yang luar biasa besar, tapi tim bekerja terus,” kata Anies.

Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Dinas Lingkungan Hidup (LH) DKI Jakarta, Djafar Muchlisin menjelaskan perihal tumpukan sampah menggunung di Pintu Air Manggarai. Menurutnya, sampah tersebut bukan dari rumah tangga, namun dari permukiman dan gubuk liar yang tergerus air sungai.

“Jadi ini permasalahannya bukan hanya pada DKI saja. Karena bisa kita lihat sampah-sampah yang ada di sini jenis-jenis karakteristiknya bukan dari sampah rumah tangga kebanyakan. Tapi adalah sampah dari permukiman-permukiman, gubuk-gubuk liar, bangunan-bangunan, yang tergerus air terbawa ke sungai,” ujar Djafar di Pintu Air Manggarai, Jalan Tambak, Kelurahan Pegangsaan, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (26/4/2019).

Djafar menyebut, selain permukiman dan gubuk liar, bambu dan pohon besar yang berada di pinggiran sungai juga tergerus air. Sehingga menumpuk di Pintu Air Manggarai.

“Ini merupakan bukan semata-mata sampah rumah tangga,” ucapnya.

Untuk penanggulangan gunungan sampah, Djafar menilai Pemprov DKI tidak memiliki kendala dari segi peralatan. Namun, lagi-lagi volume sampah yang begitu dahsyat menurutnya menuntut pengangkutan sampah terus menerus.

“Sementara peralatan kita, kalau bicara soal peralatan, kita sudah cukup peralatannya. Tapi volume sampah ini yang sangat begitu dahsyat, sehingga ya sudah kita lakukan (pengangkutan) nambah lagi,” tuturnya. (mb/cnn indonesia)

Pos terkait