Soal Jokowi Otoriter, Ngabalin Sebut Amien Rais Kerasukan

Metrobatam, Jakarta – Tenaga Ahli Utama Kedeputian IV Bidang Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi Kantor Staf Presiden Ali Mochtar Ngabalin menyebut Ketua Dewan Kehormatan PAN, Amien Rais tengah menebarkan kebencian karena menuding Presiden Joko Widodo otoriter.

Ngabalin heran dengan sosok Amien sebagai guru dan tokoh senior politik, namun pernyataan yang keluar dari mulutnya berisi fitnah dan kebencian.

“Itu ya yang saya tidak mengerti apa karena faktor usia Pak Amien-nya atau jin apa yang merasuki pikirannya,” kata Ngabalin kepada wartawan, Kamis (25/4).

“Yang keluar dari mulutnya itu semua adalah narasi-narasi dan diksi-diksi yang penuh dengan fitnah, kebencian,” ujar Ngabalin melanjutkan.

Bacaan Lainnya

Menurut Ngabalin, jika Amien menilai sosok Jokowi sebagai pemimpin yang otoriter dari pidatonya saat di Yogyakarta beberapa waktu lalu, mantan Ketua MPR itu seharusnya hadir langsung mendengarkan.

Padahal, kata Ngabalin, saat berpidato di hadapan pendukungnya di Yogyakarta, Jokowi berbicara tentang kepentingan bangsa dan negara.

“Mestinya Pak Amien Rais ada dan dengar baik-baik apa prolog yang disampaikan oleh pak Jokowi,” tutur politikus Partai Golkar itu.

Ngabalin mengaku sedang mengumpulkan pernyataan-pernyataan Amien di media massa tentang pemerintahan Jokowi selama ini. Ia menilai pernyataan yang kerap dilontarkan anggota Dewan Pembina Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi itu tak ada yang baik.

“Saya tidak tahu apa yang belum selesai antara Pak Amien Rais dan Pak Jokowi. Saya belum tahu. Karena biasanya begitu,” katanya.

Ngabalin menyebut sejauh ini masyarakat merasakan demokratisasi selama periode pertama kepemimpinan Jokowi.

Menurut dia, masyarakat bebas menyampaikan pendapat, baik melalui media sosial atau secara langsung. Selain itu, kata Ngabalin, pers juga tak mendapat pengekangan dalam melakukan pemberitaan.

“Demokratis itu kan diukur dari dua hal, pertama adalah betapa telanjangnya (bebasnya) ruang-ruang publik khususnya di media sosial, pers juga tidak ada halangan di masa kepemimpinan Pak Jokowi,” ujarnya.

Lebih lanjut, Ngabalin lantas menyinggung label Amien sebagai tokoh reformasi. Namun, kata Ngabalin, label tersebut bertolak belakang lantaran Amien ikut berperan menjatuhkan Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.

Gus Dur menjabat sebagai presiden dalam kurun waktu 20 Oktober 1999 sampai 21 Juli 2001. Gus Dur berhenti di tengah jalan karena mandatnya dicabut Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Saat itu Amien yang menjadi Ketua MPR.

Sebelum dilakukan amandemen ketiga UUD 1945 pada November 2001, MPR merupakan lembaga tertinggi negara.

“Amien Rais yang tokoh reformasi tapi dia sendiri yang menjatuhkan Gus Dur kan. Bagaiamana kita bisa jadikan patokan, jadikan pemimpin, dijadikan sebagai figur, dijadikan teladan, dari mulutnya itu keluar narasi-narasi kebencian, narasi-narasi pesimisme,” kata Ngabalin.

Sebelumnya, Amien menyebut demokrasi di era pemerintahan Jokowi berwatak demokrasi seolah-olah. Menurut Amien penampakannya saja demokrasi, padahal substansinya otoriter.

“Nampaknya demokrasi, tapi petingginya berpikir totaliter otoriter, rakyat dibodohi, rakyat dipaksa, didungukan dan sebagainya,” kata Amien. (mb/cnn indonesia)

Pos terkait