Apresiasi SBY Akui Kekalahan, TKN Jokowi: Ini yang Absen di Prabowo-Sandi

Metrobatam, Jakarta – Ketum Partai Demokrat (PD) Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengakui kekalahan partainya di Pemilu 2019. Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf Amin memberikan apresiasi dan membandingkan sikap SBY dengan pasangan yang diusungnya, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

“Pak SBY saya kira benar ketika menggarisbawahi kembali pentingnya etika dalam berdemokrasi terutama kesediaan menerima kekalahan,” ujar Wakil Sekretaris TKN Jokowi-Ma’ruf, Raja Juli Antoni kepada wartawan, Selasa (28/5/2019).

“Ini yang absen dalam diri Pak Prabowo dan Sandiaga Uno,” lanjut pria yang akrab disapa Toni itu.

Sekjen PSI itu menyebut partainya pun berusaha membangun etika seperti yang disampaikan SBY. Toni mengingatkan saat Ketum PSI Grace Natalie yang langsung menyatakan penerimaan atas kekalahan PSI di Pemilu 2019, di hari yang sama saat pencoblosan.

Bacaan Lainnya

“PSI juga berusaha membangun etika itu. Sekitar jam 18.00 pada tanggal 17 April, setelah hasil quick count selesai, ketum PSI membuat pernyataan kekalahan dengan hati terbuka,” tuturnya.

Toni mengatakan, etika dalam berpolitik sangat diperlukan. Ia menyinggung soal pemimpin yang tidak siap menerima kekalahan merupakan gambaran pemimpin yang tidak memiliki etika.

“Berambisi untuk memperoleh kekuasaan tentu saja boleh, tapi ketidaksiapan menerima kekalahan adalah gambaran pemimpin nir-etika,” kata Toni.

“Ajaran etik puasa sejatinya adalah menahan haus. Termasuk haus kekuasaan dengan mempergunakan segala cara,” sambung dia.

Sebelumnya diberitakan, SBY berbicara soal menerima kekalahan dalam video kontemplasi Ramadhan-nya. Ia menegaskan menerima Pemiulu 2019, termasuk soal Demokrat yang tidak berada di posisi unggul.

“Saya pribadi dan Partai Demokrat memiliki nilai (values) dan etika yang kita junjung tinggi, untuk menerima kekalahan jika hal itu memang kita alami,” ungkap SBY lewat video yang diputar di hadapan elite Demokrat, Senin (27/5).

Presiden RI ke-6 itu bercerita mulai dari kekalahannya pada Pilpres 2001, lalu kekalahan Demokrat di Pileg 2014, serta mencontohkan ketika sang putra, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) kalah di Pilgub DKI 2017. Saat itu, kata SBY, AHY menerima kekalahannya secara ksatria.

“Yang saya lakukan pada tanggal 21 Mei 2019 yang lalu hakikatnya sama, meskipun perolehan partai kita menurun dibandingkan pemilu 2014, secara kesatria kita harus menerima hasil pemilu itu,” ucapnya.

“Mari kita jaga tradisi baik partai kita dalam setiap kontestasi, kita pernah menang, meskipun juga pernah kalah. Kata AHY, menang tidak terbang, kalah tidak patah. Sebagaimana dalam pertandingan olahraga, ada kalanya kita menang, ada kalanya kita kalah. Kalah atau menang, kita berjabat tangan secara sportif,” sambung SBY. (mb/cnn indonesia)

Pos terkait