Gonjang-ganjing BPN Gegara ‘Bukan Orang Penting’

Metrobatam, Jakarta – Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno diterpa gonjang-ganjing. Perihal ‘orang penting’ jadi perdebatan di kubu Prabowo-Sandi.

Semua berawal dari komentar Waketum Partai Gerindra Arief Poyuono, yang meminta Partai Demokrat keluar dari koalisi Prabowo-Sandi lantaran dianggap tak berkontribusi. Singkat cerita, Partai Gerindra meminta maaf kepada Demokrat atas pernyataan Poyuono. Demokrat menghormatinya sembari menyebut Poyuono bukan orang penting.

“Kami menghormati sikap Gerindra. Sejak lama sebetulnya kami melihat bagaimana Arief Poyuono ini bukan orang penting di Gerindra. Jadi dipecat tidak dipecat sebetulnya tidak terlalu berpengaruh buat kami,” kata Ketua Divisi Hukum dan Advokasi Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean kepada wartawan, Senin (13/5/2019).

Permintaan maaf kepada Demokrat itu sebelumnya disampaikan Ahmad Riza Patria, Ketua DPP Partai Gerindra. Ferdinand mengaku menghormati apa pun keputusan internal Partai Gerindra terkait tindakan untuk Poyuono yang membuatnya gerah.

Bacaan Lainnya

Poyuono menepis pernyataan Ferdinand yang mengecapnya sebagai bukan orang penting. Dia lantas mengungkit penetapan cawapres untuk Prabowo Subianto.

“Tahu apa kader Demokrat tentang saya di Gerindra. Wong AHY saja bisa saya check out dari cawapresnya Prabowo, kok,” ujar Poyuono, Senin (13/5).

AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono memang sempat masuk bursa cawapres Prabowo, meski akhirnya Sandiaga Uno-lah yang dipinang Prabowo. Keputusan itu sempat membuat tensi politik di antara dua partai tersebut meninggi meski pada akhirnya Demokrat berlabuh ke koalisi Prabowo. Poyuono kemudian menyebut Demokrat dirangkul masuk Koalisi Indonesia Adil Makmur hanya karena iba.

“Untung saja Demokrat nggak jadi gelandangan di Pilpres 2019 alias diterima untuk mengusung capres-cawapres. Kalau nggak, jadi gelandangan kayak Aswatama di Bharatayudha pada tahun 2024 alias nggak boleh ikut pemilu,” sebut Poyuono.

Apa kata Partai Demokrat menanggapi klaim Poyuono yang mengaku bisa mengeluarkan nama AHY dari daftar cawapres Prabowo? Demokrat sama sekali tidak percaya.

“Poyu omong kosong,” kata Ferdinand.

Ketua DPP Partai Demokrat Jansen Sitindaon bahkan heran atas klaim Poyuono. Andai benar, kata Jansen, Prabowo artinya bisa disetir.

“Wow, jujur saya surprise juga mendengar ucapan Poyuono ini. Berarti Poyu bisa nyetir Prabowo. Dan Prabowo bisa disetir oleh orang seperti Poyuono untuk urusan memilih cawapres,” kata Jansen

“Sekaligus mengkonfirmasi ternyata di Gerindra posisi Waketum lebih tinggi dari Ketua Umum,” lanjut dia. (mb/detik)

Pos terkait