MUI: Pria Ngaku Imam Mahdi Pahami Konsep Keagamaan yang Salah

Metrobatam, Jakarta – Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyebut gejala pria yang mengaku Imam Mahdi di Depok dilatarbelakangi ketidakadilan dan kemiskinan. Kemudian pria tersebut juga salah memahami konsep keagamaan.

“Iya biasanya ada latarbelakang ketidakadilan menurut dia, ada latarbelakang kemiskinan, dia melihat fenomena itu lantas kemudian dia mengaku Imam Mahdi tetapi itu gejala yang pemahaman konsep keagamaan yang salah, ya awam lah. Yang ikut dan diikuti sama-sama tidak paham secara mendalam ilmu keagamaan,” kata Ketua MUI Bidang Informasi dan Komunikasi KH Masduki Baidlowi saat dihubungi, Kamis (30/5/2019).

Winardi sebelumnya menghebohkan warga Bedahan, Sawangan, Depok, karena mengaku sebagai Imam Mahdi. Tidak hanya pengakuannya sebagai Imam Mahdi, adanya musala di rumahnya yang menyerupai Kakbah pun menjadi masalah.

Masduki mengatakan pengakuan Imam Mahdi tersebut biasanya bermodus penipuan. Tapi dirinya ingin berkoordinasi dengan MUI Depok hingga Ormas Islam di Depok untuk mengetahui peristiwa sebenarnya.

Bacaan Lainnya

“Saya mengimbau kepada masyarakat Muslim tidak percaya orang yang mengaku-ngaku Imam Mahdi karena biasanya klaim terhadap pengakuan diri sebagai Imam Mahdi atau Mahdiisme itu biasanya kedoknya bisa jadi bentuk penipuan. Walaupun kami nanti akan berkoordinasi dengan MUI Depok dan ormas Islam lain untuk berkoordinasi dan melakukan langkah-langkah konstruktif apa yang terjadi sebenarnya,” tuturnya.

“Tetapi gejala Mahdiisme itu ditimbulkan oleh banyak sebab, salah satunnya biasanya ada gerakan mahdiisme yang dilatarbelakangi ajaran-ajaran tidak mainstream artinya ajaran yang bukan menjadi batang tubuh dari umat islam,” imbuh dia.

Dalam hadist, menurut Masduki memang ada kemunculan Imam Mahdi pada akhir zaman atau kiamat. Tapi kiamat tidak bisa diketahui kapan munculnya.

“Akhir zaman kapan itu tidak ada yang tahu. Sehingga siapapun bisa mengaku-ngaku, biasanya muncul gejala Imam Mahdi itu seperti itu ketika merasa ada proses ketidakadilan di masyarakat. Ada proses ketidakadilan dan latarbelakang kemiskinan, kalau lihat kondisi sekarang Indonesia tidak miskin amat,” ucap dia.

Dia meminta seluruh masyarakat tidak percaya seorang yang mengaku Imam Mahdi. Apalagi bulan Ramadhan lebih baik dilakukan kegiatan ibadah salat, dzikir hingga salawat di masjid atau mushola.

“Imbauan buat umat islam hati-hati, jangan mudah terpengaruh dan terpancing. Apalagi bulan Ramadhan melakukan iktikaf, dzikir dan ibadah di masjid, puasa hati dan pikiran. Hal terkait gejala seperti itu jangan terpengaruh, itu gerakan yang muncul dari sebuah perasaan satu orang atau kelompok yang tidak diberlakukan adil dan merasa ada kemiskinan yang tidak tertangani negara, ada merasa didzolimi,” jelas dia.

Sebelumnya, Wardani didatangi oleh MUI dan aparat dari Kecamatan Sawangan hingga Polsek Sawangan pada Rabu (29/5) malam, setelah undangan open house halal bihalal yang akan digelar Kamis (6/6) di rumahnya, tersebar di media sosial.

Wardani mengaku bertaubat setelah diperingatkan oleh MUI Depok. Winardi juga berjanji akan meninggalkan segala ajarannya yang dinilai sesat.

“Saya mengakui, Demi Allah saya bertaubat kepada Allah dengan sungguh-sungguh dan meninggalkan semua ajaran yang telah saya ajarkan kepada murid-murid saya,” ucap Winardi dituntun oleh MUI Depok, seperti dilihat detikcom dalam sebuah video, Kamis (30/5).

Wanardi mengucap taubat dan dua kalimat syahadat dalam pertemuan di kantor Kecamatan Sawangan, Depok, pada Rabu (29/5). “Alhamdulillah,” sambut sejumlah orang yang berada dalam ruangan tersebut. (mb/detik)

Pos terkait