Saran Merawat Kesehatan Mental Bagi Para Caleg Gagal

Metrobatam, Jakarta – Bagi caleg atau keluarga caleg kalah, penting untuk melihat kemungkinan tanda-tanda adanya gangguan kejiwaan. Trauma karena kalah merupakan hal wajar, tapi jika terlalu lama dan parah, perlu diperiksa ke dokter.

“Kalau kita mengalami satu hal seperti itu, kita jadi lebih peka, sensitif, lebih murah marah, sedikit-sedikit marah, curiga, atau malas-malasan, nggak ada gairah atau misalnya dia menarik diri dari pergaulan, banyak tidur, tidak bisa tidur, tidak bisa makan atau banyak makan. Gejala sering seperti itu,” ucap Direktur Utama RS Jiwa Soeharto Heerdjan, Laurentius Panggabean, kepada detikcom di kantornya, Jalan Latumenten, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, Kamis (16/17/2019).

Laurentius menekankan pentingnya pemeriksaan dokter jika caleg mengalami stres berkepanjangan. Lalu, kapan harus berangkat ke dokter?

“Kalau sudah satu bulan, dibawalah setidaknya untuk melihat kemungkinan apa yang terjadi selanjutnya, atau sudah 1 bulan juga itu sebenarnya sudah terlambat. Beberapa hari setelah itu menetap pastikan terganggu, tidur terganggu, sosial, itu bisa tata laksana yang bisa diobati,” ucap Laurentius.

Bacaan Lainnya

Pihak keluarga harus memperhatikan betul jika ada perubahan perilaku dari caleg terkait. Jika merasa ada yang janggal, maka diharuskan untuk diperiksa sebelum semakin parah.

“Ada masalah seperti ini, yang dekat dengan kejadian yang berat seperti ini, harus diwaspadai perubahan tadi,” ucap Laurentius.

Caleg yang mengalami gangguan jiwa cenderung tidak bisa menerima tekanan atau kenyataan soal kekalahan. Sebelum atau selama masa kampanye, dia punya keyakinan lebih soal kemenangan dalam pemilu.

“Setengah fantasi, setengah dia berharap terlalu besar. Semakin tinggi kan dia jatuh semakin berat. Potensi (caleg gagal mengalami gangguan jiwa) ya berpotensi, tapi kita menganggap semua yang mau melakukan itu harusnya kuat. Kita tidak terlalu mengkhawatirkan karena umumnya mereka sudah kuat,” ucap Laurentius.

“Apalagi, kalau dia dibisiki, didorong, diberikan fakta bahwa dia cukup. Memang tidak cukup hanya karena populer, orang melihat dia punya program tidak, kalau tidak program, meski populer yang nggak dipilih,” ucap Laurentius.

Meski demikian, sampai saat ini, belum ada caleg yang menjadi pasien gangguan jiwa di RS Jiwa Soeharto Heerdjan.

“1 bulan ini mungkin orang sakit tapi nggak ke dokter tapi domainnya orang pintar seperti dukun, bisa kiai bisa pendeta. Jadi kalau sekarang ditanya rumah sakit mungkin ada, mungkin juga nggak. Kalau ditanya rumah sakit ini ada atau tidak, belum ada,” ucap Laurentius. (mb/detik)

Pos terkait