BPN Tak Percaya Survei Kompas yang Sebut 53% Pro-Prabowo Terima Hasil Pemilu

Metrobatam, Jakarta – Jajak pendapat yang diadakan Litbang Kompas menunjukkan 53,5% pendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menerima hasil Pemilu 2019 meski sang paslon kalah. Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga tak percaya dengan hasil jajak pendapat tersebut.

“Bagaimana mungkin hasil surveinya seperti ini di berbagai lembaga survei? Sedangkan Prabowo-Sandi saja sejak awal menolak hasil Pilpres yang diumumkan oleh KPU karena terdapat banyak sekali kecurangan?” kata Suhendra Ratu Prawiranegara kepada wartawan, Selasa (17/6/2019).

Suhendra juga heran dengan Litbang Kompas yang melakukan jajak pendapat. Menurut dia, jajak pendapat itu seolah menggiring opini masyarakat bahwa pemilu telah usai.

“Yang menjadi pertanyaan mengapa lembaga survei melakukan survei seolah-olah menggiring opini bahwa pemilu telah usai? Padahal saat ini sedang ada proses gugatan di MK RI tentang perselisihan Pemilu,” ujarnya.

Bacaan Lainnya

Suhendra menegaskan pihaknya pun selama ini optimistis Prabowo-Sandiaga akan memenangi gugatan pilpresnya di MK. Ia mengklaim banyaknya bukti-bukti kecurangan dalam Pilpres 2019.

“Toh kecurangan-kecurangan pemilu secara kualitatif dan kuantitatif telah disampaikan para kuasa hukum Prabowo Sandi dalam sidang pendahuluan MK, secara terbuka kecurangan-kecurangan pemilu tersebut juga sudah diketahui oleh publik,” kata Suhendra.

Sementara itu menurut juru debat BPN Prabowo-Sandiaga, Saleh Daulay, pertanyaan dalam survei Kompas tumpang tindih.

“Sebab, pertanyaan tentang menerima atau tidak menerima hasil pemilu didasarkan atas prevalensi pilihan mereka dalam pemilu. Kalau itu dasarnya, tentulah jawabannya sejalan dengan pilihan dia di pilpres. Kalau yang dukung 01, tentu mengatakan akan menerima. Dan yang mendukung 02, kelihatannya lebih besar menolak,” ungkap Saleh, terpisah.

“Yang perlu dicatat dari survei itu adalah masyarakat menilai bahwa penyelenggaraan pemilu yang lalu lebih buruk dari pemilu sebelumnya. Artinya, masyarakat merasakan ada sesuatu yang buruk terjadi pada pemilu yang lalu. Itu tentu menjadi tantangan tersendiri. Siapa pun yang terpilih, penyelenggaraan pemilu lalu yang dinilai masih buruk harus mencatatan kritis,” sambung politikus PAN itu.

Saleh berharap pendapat masyarakat akan berubah seiring berjalannya gugatan sengketa Pilpres 2019 di Mahkamah Konstitusi.

“Jika peradilannya berlangsung secara fair dan adil, tentu dapat melegakan dan menentramkan masyarakat,” ucap Saleh.

Jajak pendapat tersebut dipublikasikan oleh Litbang Kompas pada Senin (17/6/2019). Pengumpulan pendapat ini dilakukan melalui telepon pada 27-28 Mei 2019. Sebanyak 536 responden dipilih secara acak bertingkat di 17 kota besar di Indonesia. Jumlah responden ditentukan secara proporsional di setiap kota. Tingkat kepercayaan 95% dengan margin of error +- 4,2%.

Responden diberi pertanyaan ‘menerima atau menolak hasil Pemilu 2019?’. Berikut jawabannya berdasarkan pilihan di Pilpres:

Jokowi-Amin

  • Menerima apa pun hasilnya: 96,4%
  • Menolak apa pun hasilnya: 2,3%
  • Menerima hanya jika Jokowi menang: 0,9%
  • Menerima hanya jika Prabowo menang: 0,4%
  • Tidak tahu: –

Prabowo-Sandiaga

  • Menerima apa pun hasilnya: 53,5%
  • Menolak apa pun hasilnya: 36,8%
  • Menerima hanya jika Jokowi menang: 0,7%
  • Menerima hanya jika Prabowo menang: 3,5%
  • Tidak tahu: 5,5% (mb/detik)

Pos terkait