Metrobatam, Jakarta – Akun twitter Partai Gerindra jadi sasaran marah warganet tepat setelah sang Ketua Umum Prabowo Subianto menemui rivalnya, Joko Widodo, Sabtu (13/7). Mereka menyatakan kekecewaan dan menarik dukungannya terhadap mantan calon presiden nomor urut 02 di pilpres 2019 tersebut.
Beberapa kelompok ormas Islam, seperti Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama misalnya, menyatakan bahwa pihaknya sudah tidak berada dalam barisan pendukung Prabowo. Mereka menganggap selama ini mendukung Prabowo karena merasa satu jalur perjuangan.
Namun setelah pertemuan Prabowo-Jokowi di MRT Jakarta, harapan menjadi buyar. Hal senada juga dilakukan Persaudaraan Alumni (PA) 212 yang menyatakan tak pernah merestui pertemuan Prabowo dengan Jokowi. Mereka menganggap masalah ini serius dan akan membawanya ke Ijtimak Ulama ke-4.
Padahal selama ini dua kelompok Islam itu menjadi tulang punggung Prabowo-Sandiaga Uno di pemilu 2019. Mereka bahkan menggelar tiga kali rapat tingkat nasional bertajuk Ijtimak Ulama sebagai bentuk dukungan dan kontrak politik kepada Prabowo.
Peneliti politik LIPI Siti Zuhro menyebut penarikan dukungan kelompok Islam yang dikenal ‘kanan’ atau konservatif itu merupakan bentuk kekecewaan di akar rumput. Sebab selama ini mereka merasa berada dalam koalisi Prabowo dan membelanya habis-habisan.
Saat Prabowo bertemu dengan Jokowi, kelompok tersebut merasa ditinggalkan. Atas kekecewaan tersebut, kata Siti, otomatis kelompok Islam konservatif kini menjadi pemilih mengambang.
“Mereka pastinya akan cari sosok baru, sosok yang bisa merepresentasikan, mengayomi mereka. Sosok dan partai yang secara tegas menyatakan oposisi,” kata Siti saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (15/7).