PSK Sunan Kuning Ingin Modal Usaha Minimal Rp50 Juta

Metrobatam, Semarang – Rencana penutupan Lokalisasi Argorejo Sunan Kuning, Semarang, Jawa Tengah membuat para Pekerja Seks Komersial (PSK) kebingungan. Pasalnya, kompensasi yang diberikan tak cukup untuk modal usaha.

Sebelumnya, Pemerintah Kota Semarang berencana menutup lokalisasi itu dengan memberikan tali asih sebagai kompensasi kepada para PSK. Diharapkan, tali asih itu dapat digunakan oleh para PSK untuk modal usaha.

“Tali asihnya berapa ya? Saya dan teman-teman itu tambah bingung. Kalau hanya di kisaran Rp5 [juta] sampai Rp10 juta mana bisa untuk modal usaha. Kalau modal usaha ya biasanya Rp50 [juta] sampai Rp100 juta, mungkin kita bisa terima,” kata Wulan (37) salah satu PSK di Sunan Kuning, kepada CNNIndonesia.com, Senin (12/8).

Perempuan asal Salatiga ini mengaku terpaksa menjadi PSK karena terdesak keadaan. Wulan mengaku ditinggalkan oleh suaminya yang lari dengan wanita lain. Sementara, dirinya harus menafkahi dua orang anaknya yang dititipkan kedua orang tuanya di kampung halaman.

Bacaan Lainnya

“Yah, dikatakan terpaksa, ya terpaksa, Pak. Siapa yang mau jadi gini, jual diri? Tapi mau gimana lagi, anak saya masih kecil, butuh susu dan biaya sekolah. Saya juga bantu kebutuhan orang tua juga,” kata dia.

LSM Lentera Asa, yang selama ini mendampingi para PSK Sunan Kuning, berharap pemerintah daerah dapat memberikan solusi untuk para PSK yang akan kehilangan mata pencaharian.

Penutupan lokalisasi ini pun, menurut LSM tersebut, juga akan berdampak pada warga yang membuka usaha di sekitar lokalisasi seperti warung makan, kedai minum, hingga karaoke.

“Jangan sampai Pemerintah menutup tanpa beri solusi. Mereka (PSK) ini butuh hidup, butuh nafkahi keluarga. Ibaratnya, hukum Tuhan pun terpaksa mereka langgar untuk urusan perut. Kita selesaikan secara tuntas, beri mereka ini pelatihan dan ketrampilan karena dampaknya tidak hanya PSK, tapi juga warga lain yang buka usaha,” kata Ketua Lentera Asa Ari Istiyadi.

Sementara itu, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi meminta para PSK yang kini berjumlah 474 orang dan warga di lokalisasi Sunan Kuning untuk mengubah pola pikir dalam melihat keputusan menutup Sunan Kuning.

“Kita harus mulai memperbaiki pola pikir, mau sampai kapan harus mengais rejeki, cari nafkah dari jual diri atau prostitusi. Pastinya kita semua ingin bekerja yang lebih baik,” kata Hendrar.

Hendrar pun memahami bila ada ketidaksiapan atau kebingungan dari para PSK begitu lokalisasi ditutup. Namun, pihaknya yakin keputusan itu baik untuk rakyat.

“Wajar kalau ada yang tidak siap. Kita hormati. Kita juga tidak semata-mata langsung ‘tancap gas’. Kita tetap manusiakan saudara-saudara kita. Soal waktu kami akan kaji secara bersama,” kata Hendrar.

Oleh Pemkot Semarang, kawasan lokalisasi Sunan Kuning akan dijadikan Kampung Tematik yakni Kampung Kuliner sehingga menjadi obyek wisata baru.

Lokalisasi Sunan Kuning sudah ada sejak 1966. Mulai 2009, nama lokalisasi itu berubah menjadi Resosialisasi Sunan Kuning seiring program dan komitmen para PSK untuk lepas dari prostitusi dan bekerja lebih baik. (mb/cnn indonesia)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *