Zakir Naik Minta Menteri dan 4 Tokoh Malaysia Bayar Kompensasi

Kuala Lumpur – Sedikitnya lima tokoh di Malaysia dilaporkan ke polisi oleh ulama kontroversial India, Zakir Naik. Melalui pengacaranya, Zakir Naik menuntut kelima tokoh itu segera minta maaf dan membayarkan sejumlah uang penyelesaian jika tidak ingin digugat secara hukum.

Seperti dilansir media lokal Malaysia, Malay Mail dan The Star, Selasa (20/8/2019), kelima tokoh itu dilaporkan ke Kepolisian Shah Alam sejak Jumat (16/8) lalu, oleh pengacara Zakir Naik, Akberdin Abdul Kader dan Muhammad Shafee Abdullah.

Kelima tokoh itu adalah Menteri Sumber Daya Manusia Malaysia M Kulasegaran, Wakil Kepala Menteri II Penang P Ramasamy, anggota dewan daerah Bagan Dalam Satees Muniandy, mantan Duta Besar Dennis J Ignatius dan anggota parlemen Klang Charles Santiago.

Dalam dokumen laporan kepada polisi, kelima tokoh itu disebut telah menyampaikan pernyataan yang memfitnah Zakir Naik.

Bacaan Lainnya

“Individu-individu ini telah secara keliru mengutip saya hingga keluar konteks untuk jawaban saya terhadap salah satu pertanyaan yang dilontarkan kepada saya setelah pidato soal topik ‘Misconceptions of Islam’,” sebut Zakir Naik dalam dokumen laporan kepada polisi.

“Jelas mereka telah memelintir dan memanipulasinya untuk merugikan saya dan menyuburkan agenda politik mereka yang jahat,” imbuhnya.

“Mereka telah memanipulasi pidato saya dan menuduh saya menciptakan ketidakharmonisan komunal, saat sebenarnya merekalah yang telah menghasut publik dan menghasut ketidakharmonisan komunal untuk keuntungan politik mereka sendiri,”

Terhadap kelima tokoh itu, Zakir Naik juga melayangkan surat somasi yang isinya menuntut mereka mencabut pernyataan, meminta maaf dan membayar sejumlah uang untuk menghindari gugatan hukum. Besaran uang yang harus dibayarkan tidak disebut lebih lanjut.

Dianggap Fitnah oleh Zakir Naik?

Dalam laporan dan somasinya, Zakir Naik menyebut sejumlah artikel dan tulisan yang dimuat media lokal Malaysia yang ditulis atau mengutip pernyataan kelima tokoh itu, yang dinilainya sebagai bentuk fitnah terhadap dirinya.

Untuk Kulasegaran, Zakir Naik mempersoalkan keterangan pers tanggal 13 Agustus berjudul ‘Zakir Naik’s presence in Malaysia is embarrassing to all Malaysians’ yang dirilis dengan kop resmi Kementerian Sumber Daya Manusia. Keterangan pers itu lantas dipublikasikan oleh sejumlah media lokal Malaysia.

Zakir menyebut keterangan pers itu menggambarkan dirinya sebagai sosok yang tidak jujur, yang menyalahgunakan ajaran Islam untuk kepentingan pribadi dan sebagai sosok yang secara tidak adil dan tidak jujur menuduh warga Hindu di Malaysia lebih loyal pada Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi daripada PM Malaysia Mahathir Mohamad.

Diketahui juga bahwa Kulasegaran pernah menyatakan bahwa komentar Zakir Naik bisa saja dimaksudkan untuk memicu keretakan di Malaysia yang multi-ras, agar dia bisa meraih pengaruh besar di kalangan muslim. Kulasegaran menyebut Zakir Naik tidak layak mendapat status permanent resident.

Menanggapi somasi dan pelaporan itu, Kulasegaran bersikeras tak akan minta maaf. “Saya ingin menegaskan bahwa saya akan mempertahankan apa yang saya katakan dan tidak mungkin saya meminta maaf untuk membela rekan sesama warga Malaysia,” tegasnya seperti dikutip New Straits Times pada Jumat (17/8) lalu.

Untuk Ramasamy, yang dipermasalahkan ada pada tulisan tertanggal 8 Agustus berjudul ‘Naik should not question loyalty of Hindus in Malaysia’ yang dimuat media lokal Malaysia. Dalam tulisannya, Ramasamy menyebut komentar Zakir Naik soal warga Hindu tidak loyal pada PM Mahathir sebagai ‘komentar jahat dan dangkal’.

“Dia membandingkan warga Hindu di Malaysia dengan warga Muslim di India dan menyebut yang pertama (warga Hindu) menikmati hal lebih dari 100 persen di Malaysia dibandingkan Muslim di India. Dia menyebut lebih jauh bahwa sangat disayangkan bahwa warga Hindu di Malaysia, meskpun mendapat keuntungan, jauh lebih loyal pada Perdana Menteri Narendra Modi daripada Mahathir,” tulis Ramasamy dalam tulisan opini pada Free Malaysia Today.

“Komentar yang jahat dan dangkal ini sangat tidak pantas. Apa yang dia ketahui soal warga India atau warga Hindu di negara ini? Apakah dia tahu soal pengorbanan yang dilakukan para pekerja Hindu di perkebunan dan perkotaan dalam menjadikan negara ini makmur dan maju?” sebut Ramasamy.

Terhadap somasi dan pelaporan dirinya oleh Zakir Naik, Ramasamy menyatakan dirinya siap berhadapan di pengadilan. “Kata minta maaf, sejauh ini terkait Zakir Naik, tidak ada dalam kosakata saya,” ucapnya seperti dilansir Malay Mail, Senin (19/8) waktu setempat.

Untuk Muniandy, Zakir Naik mempersoalkan ucapannya dalam artikel Malaysiakini tertanggal 12 Agustus berjudul ‘Lawmaker fumes after Zakir suggests Hindus here support Modi over Dr M’. Dalam artikel itu, Muniandy menyebut komentar Zakir Naik sama saja menuduh warga Hindi di Malaysia tidak loyal pada Malaysia.

“Penjahat asing yang melarikan diri dari hukum di Tanah Airnya sendiri ini, tidak punya hak untuk mempertanyakan loyalitas warga Hindu di Malaysia,” tegasnya.

“Kami warga negara Malaysia yang bangga karena kami tidak menjadikan agama kami sebagai pembenaran untuk melarikan diri dari dakwaan kriminal dan kami loyal terhadap negara ini, yang mana, nenek moyang kami telah mengucurkan keringat dan darah demi membangunnya,” imbuh Muniandy.

Kemudian untuk Ignatius yang telah mengabdi sebagai diplomat selama 36 tahun terakhir, Zakir Naik menyebut tulisan opini berjudul ‘Why empower a demagogue like Zakir Naik?’ yang dimuat Free Malaysia Today sebagai fitnah terhadap dirinya.

“Bagaimanapun juga, siapa (Zakir) Naik — seorang warga India yang tidak setia dan memandang hina negaranya sendiri — untuk mempertanyakan loyalitas setiap warga negara Malaysia? Tapi apa yang dia sebarkan — memicu perpecahan dan memprovokasi perselisihan agama dan etnis. Dia telah melakukannya bertahun-tahun dan dia dibiarkan lolos,” tulis Ignatius dalam tulisannya.

Sama seperti yang lain, Ignatius juga menolak untuk meminta maaf kepada Zakir Naik.

Terakhir, untuk Santiago, Zakir Naik mempersoalkan pernyataan berjudul ‘Wednesday Cabinet meeting must discuss Zakir Naik’s meddling into politics’ yang diposting via Facebook pada 13 Agustus lalu. Santiago menuduh Zakir Naik menggunakan platform agama untuk menebar kebencian di antara warga Malaysia.

“Membandingkan warga Hindu di Malaysia dan warga Muslim di India dan mengklaim yang pertama (warga Hindu) menikmati keistimewaan lebih besar meskipun jumlahnya lebih sedikit dari total populasi, sama saja dengan hasutan. Jika saya ingat dengan benar, bukankah orang-orang ditangkap untuk pidato bernada menghasut?” tanya Santiago dalam artikel itu.

Dalam pernyataan terbaru, seperti dilansir The Star, Santiago menyatakan menyambut baik pelaporan dirinya. Namun dia menegaskan tetap berpegang pada kata-katanya. “Dia (ZakirNaik) punya hak untuk mengajukan laporan polisi. Biarkan polisi menyelidiki dan saya akan bekerja sama penuh dalam penyelidikan,” ucapnya.

Lebih lanjut, Santiago menegaskan dirinya punya bukti bahwa dia tidak salah mengutip Zakir Naik seperti yang dituduhkan. “Saya seorang warga negara Malaysia dan seorang wakil rakyat yang terpilih. Saya bertindak atas kepentingan bangsa, rakyat, persatuan ras dan keamanan nasional,” tegasnya. (mb/detik)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *