JJ Rizal Minta Ridwan Saidi Jawab Sriwijaya Fiktif di Forum

Metrobatam, Jakarta – Sejarawan JJ Rizal meminta Budayawan Betawi Ridwan Saidi membuktikan pendapatnya soal Kerajaan Sriwijaya fiktif dan hanya kelompok bajak laut semata. Rizal mengatakan keberadaan Sriwijaya selama ini sudah dibuktikan oleh berbagai penelitian sejarah. Sehingga klaim Ridwan tak bisa hanya sebatas pernyataan.

“Menurut saya baiknya dibuktikan saja secara saintifik sesuai yang dinyatakan Pak Ridwan. Misalnya Pak Ridwan bisa diundang mempresentasikannya di dalam ruang dihadiri peneliti Sriwijaya dan dia mengungkapkan apa yang dinyatakan itu fakta,” kata Rizal saat ditemui CNNIndonesia.com di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Jakarta, Kamis (20/8).

Rizal menyebut ilmu sejarah harus berbasis bukti dan penelitian. Karenanya lulusan Sejarah, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia itu mendukung jika Ridwan serius menggelar forum akademik untuk membuktikan klaim Sriwijaya fiktif.

“Kalau pernyataannya benar, jadi penemuan baru dan membahagiakan banyak orang mungkin, kalau itu benar. Kalau itu keliru juga, ya kan harus dipertanggungjawabkan,” tuturnya.

Bacaan Lainnya

Rizal mengatakan dirinya menjadi bagian dalam pembuktian keberadaan Kerajaan Sriwijaya lewat buku Kedatuan Sriwijaya serta Kebangkitan & Kejayaan Sriwijaya Abad III-VII. Rizal juga menceritakan sedikit penemuan Sriwijaya. Bukti soal kerajaan itu ditemukan oleh arkeolog Belanda George Coedes pada 1913.

Coedes menyatakan keberadaan Sriwijaya lewat penelitian terhadap 23 prasasti di Palembang dan Semenanjung Melayu. Temuan Coedes dituangkan dalam esai berjudul “Le Royaume de Crivijaya” pada 1918.

Teori Coedes itu jadi tumpuan sejarawan dan arkeolog di masa selanjutnya untuk mengungkap lebih banyak tentang Sriwijaya. Bahkan terlahir penelitian yang menemukan Palembang sebagai ibu kota Sriwijaya dan belasan candi sebagai bukti agama Hindu-Buddha pernah berkembang di sana.

Bahkan, kata Rizal, keberadaan kerajaan Sriwijaya menginspirasi perjalanan bangsa Indonesia lewat tokoh-tokoh perjuangan seperti Sukarno.

“Sriwijaya itu jadi bagian penting proses kita menjadi Indonesia karena digunakan Bung Karno sebagai medium inspirasi politik bahwa di masa lalu kita penah punya kerajaan-kerajaan besar, dan kerajaan-kerajaan besar itu dijeda oleh kekuasaan kolonial,” tuturnya.

Sebelumnya, akun kanal Youtube Macan Idealis menunggah 2 video berjudul Kerajaan Sriwijaya palsu dan fiktif serta hanyalah bajak laut yang beroperasi di wilayah nusantara. Video tersebut diunggah pada Jumat (23/8) serta Minggu (25/8).

Dalam video tersebut, Vasco Ruseimy berbincang bersama Ridwan Saidi mengenai sejarah Kerajaan Sriwijaya yang palsu dan fiktif. Ridwan Saidi pun berujar Kerajaan Sriwijaya sebenarnya hanyalah bajak laut yang beroperasi di perairan nusantara untuk merampok kapal perdagangan pada abad ke-7.

Saat dimintai konfirmasi, Ridwan menyebut para peneliti Sriwijaya salah memahami aksara atau bahasa dalam prasasti. Aksara dalam prasasti itu, menurutnya, berbahasa Armenia, bahasa yang digunakan sebagian ras atau bangsa Arya.

Para peneliti mengartikan aksara dalam prasasti itu tentang kejatuhan Kerajaan Sriwijaya. Padahal prasasti itu menjelaskan tentang kepercayaan monoteisme di Palembang, sebelum berdirinya Kerajaan Palembang abad ke-8.

“Keempat prasasti itu sama sekali tidak mendukung klaim mereka atas keberadaan Sriwijaya,” kata Ridwan kepada CNNIndonesia.com. (mb/cnn indonesia)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *