Malaysia Sudutkan RI: Isu Kabut Asap hingga Invasi Babi Hutan

Metrobatam, Jakarta – Malaysia kembali menyerang pemerintah Indonesia lewat isu kabut asap. Sebelumnya, otoritas Malaysia juga sempat menyerang Indonesia dengan isu invasi babi hutan ke Melaka.

Isu ini bermula ketika pemerintah Malaysia akan mengirimkan nota diplomatik kepada Indonesia, negara tetangganya, terkait kabut asap. Nota diplomatik itu untuk mendorong Indonesia agar mengambil tindakan segera untuk memadamkan kebakaran lahan yang mengirimkan kabut asap ke wilayah Malaysia.

Seperti dilansir media lokal Malaysia, The Star, Jumat (6/9/2019), rencana melayangkan nota diplomatik ke Indonesia itu disampaikan oleh Wakil Menteri Energi, Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Lingkungan dan Perubahan Iklim Malaysia, Isnaraissah Munirah Majilis.

“Ini (nota diplomatik) akan dikirimkan secepat mungkin. Kami sedang dalam tahap akhir penyusunan draf,” sebut Isnaraissah kepada wartawan setempat, dalam briefing soal isu-isu terkait kabut asap di kantor Departemen Lingkungan Malaysia.

Bacaan Lainnya

Namun Indonesia membantah hanya negara satu-satunya yang menyebabkan kabut asap di wilayah Malaysia. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar mengatakan kabut asap yang terjadi di Malaysia tidak murni berasal dari Indonesia. Ada dugaan sumber kabut asap juga berasal dari wilayah Serawak dan Semenanjung.

Siti menunjukkan data dari BMKG soal jumlah titik api di Indonesia dan pergerakan angin sejak 2 September 2019. Sempat ada pergerakan angin dari Indonesia pada Minggu (8/9), tapi hanya berlangsung 1 jam.

“Karena arah anginnya bergerak ke arah barat laut. Jadi dari Kalimantan Barat, Serawak, dan dari Semenanjung Malaysia masuk ke Malaysia. Jadi jangan bilang hanya dari Indonesia. Terus yang ke Singapura juga karena anginnya bergerak ke sana dan tidak benar ada asap masuk dari Riau ke Singapura,” ujar Siti di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Selasa (10/9).

Karena tidak terima disebut sebagai penyebab tunggal munculnya kabut asap di Malaysia, pemerintah Indonesia akan menyurati pemerintah Malaysia terkait hal tersebut.

“Saya akan menulis surat kepada Dubes untuk diteruskan kepada menterinya. Jadi, saya kira, supaya yang betul datanya. Karena apa? Karena pemerintah Indonesia betul-betul secara sistematis mencoba menyelesaikan ini dengan sebaik-baiknya,” ungkap Siti.

Sebelum ini, Malaysia mengklaim ada invasi babi hutan dari Indonesia. Otoritas Melaka di Malaysia mengatakan invasi babi hutan itu menimbulkan persoalan lintas perbatasan terbaru dengan Indonesia selain persoalan imigran ilegal. Invasi babi hutan itu datang via perairan perbatasan Malaysia dan Indonesia beberapa waktu terakhir.

Ketua Komisi Pertanian, Berbasis Agro, Pembangunan Kewirausahaan dan Koperasi Melaka, Norhizam Hassan Baktee, menyebut babi hutan merupakan perenang yang andal. Namun otoritas Melaka tidak pernah membayangkan jika babi hutan bisa berenang menyeberangi Selat Melaka, tepatnya dari wilayah Sumatera ke wilayah mereka demi mencari habitat baru.

“Invasi melalui lautan dari babi hutan ini membuat kita putus asa karena populasi binatang itu semakin meningkat di Melaka,” sebut Norhizam dalam pernyataannya.

Pihak Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) meragukan klaim Malaysia itu. Klaim tersebut harus disertai bukti dan penelitian ilmiah.

“Babi hutan akan melewati rintangan apa pun jika sudah musim buah. Dia akan bermigrasi untuk mencari makanan. Tapi harus dicek di lapangan. Ini migrasi atau memang dia sudah lama di situ,” kata peneliti Litbang KLHK, Dr Titiek Setyowati, saat dihubungi, Kamis (5/9).

Titiek mengatakan jenis babi hutan di Sumatera dan Melaka punya ciri yang sama. Beda urusan bila dibandingkan dengan babi hutan di Kalimantan.

“Makanya harus dicek, jangan main klaim. Jadi dilihat di daerah sana, di kampungnya itu,” imbuh Titiek. (mb/detik)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *