Jika Kabut Asap Makin Parah, Malaysia dan Singapura Akan Liburkan Sekolah

Kinabalu – Pemerintah Malaysia mengimbau sekolah yang terdampak bencana kabut asap untuk diliburkan jika situasi makin buruk. Saat ini Malaysia terus memantau situasi terbaru akibat kabut asap di wilayahnya.

“Kami sedang memantau situasi kabut asap saat ini dan jika ada kebutuhan untuk menutup sekolah, kami akan mengumumkannya,” kata Menteri Pendidikan dan Inovasi Malaysia, Datuk Dr Yusof Yacob, seperti dikutip dari media lokal Malaysia, The Star, Minggu (15/9/2019).

“Saya pikir setiap manajemen sekolah tahu apa yang perlu dilakukan dan mereka selalu siap untuk situasi seperti ini … kesehatan dan keselamatan siswa harus menjadi prioritas utama mereka,” ujarnya.

Menurut portal Sistem Manajemen Indeks Pencemaran Udara Malaysia (APIMS) hari ini, wilayah Tawau menjadi yang terburuk dengan Indeks Pencemaran Udara (API) di angka 117 per pukul 14.00 waktu setempat. Sementara Sandakan mencatat API sebesar 97, diikuti oleh Kimanis (86), Politeknik Kota Kinabalu (84), Keningau (83), Kota Kinabalu (77) dan Pulau Labuan (93).

Bacaan Lainnya

Angka API dari nol hingga 50 menunjukkan kualitas udara yang baik, 51 hingga 100 berarti sedang dan 101 hingga 200, tidak sehat; 201 hingga 300, sangat tidak sehat dan 301 ke atas, berbahaya.

Sedangkan di wilayah Melaka, sekolah-sekolah akan ditutup pada Selasa (17/9) mendatang. Namun itu masih tergantung pada kondisi udara pada Senin (16/9).

“Pembacaan API di Melaka telah mencapai lebih dari 200. Namun, pesanan penutupan sekolah pada hari Selasa akan tergantung pada API Senin,” kata Direktur Pendidikan Negeri Melaka Datuk Abu Bakar Sahari.

Berdasarkan catatan, ada 315 sekolah dasar dan menengah di Melaka dengan 148.901 siswa. Pemerintah setempat rencananya juga akan membagikan masker ke semua sekolah, dengan jumlah awal 100 masker di setiap sekolah atau daerah yang terkena dampak parah.

Pada saat yang sama, sekolah disarankan untuk mengurangi kegiatan di luar ruangan dan guru diminta untuk memberikan perhatian kepada siswa atau siswa yang berisiko kabut asap, terutama mereka yang menderita asma.

Sebelumnya, Perdana Menteri (PM) Malaysia, Mahathir Mohamad, akan mengirimkan surat kepada Presiden Indonesia, Joko Widodo (Jokowi), untuk mengungkapkan kekhawatiran soal kabut asap lintas-perbatasan. Surat ini akan dikirim di tengah saling silang kedua negara terkait kebakaran lahan yang memicu kabut asap.

Seperti dilansir Reuters, Jumat (13/9/2019), surat soal kabut asap dari Mahathir untuk Jokowi ini diungkapkan oleh Menteri Lingkungan Malaysia, Yeo Bee Yin, kepada wartawan setempat. Yeo Bee Yin menyebut surat akan dikirimkan segera.

“Saya telah berdiskusi dengan Perdana Menteri dan beliau sepakat untuk menulis surat kepada Presiden Jokowi untuk menarik perhatiannya pada isu kabut asap lintas-perbatasan,” ungkap Yeo Bee Yin.

Singapura Rencana Liburkan Sekolah

Kementerian Pendidikan Singapura juga berencana akan meliburkan sekolah akibat terdampak kabut asap. Sekolah-sekolah di negara itu akan diliburkan sementara jika kualitas udara berada dalam level berbahaya.

“Seperti yang terjadi pada tahun 2015, kami akan mempertimbangkan untuk menutup sekolah ketika perkiraan kualitas udara untuk hari berikutnya ‘berbahaya’,” kata pihak Kementerian Pendidikan Singapura seperti dilansir media setempat, channelnewsasia, Senin (16/9/2019).

Sekolah di Singapura baru saja kembali memulai kagiatan setelah libur selama sepekan penuh. Pihak kementerian menyebut sudah siap mengambil langkah tepat menghadapi masalah kabut asap di negara itu.

Hingga Minggu (15/6), kualitas udara di wilayah barat Singapura berada di level 110 atau masuk kategori tidak sehat. Level itu berada satu tingkat di bawah level berbahaya.

Sebelumnya Pemerintah Malaysia juga mengimbau sekolah yang terdampak bencana kabut asap untuk diliburkan jika situasi makin buruk. Saat ini Malaysia terus memantau situasi terbaru akibat kabut asap di wilayahnya.

“Kami sedang memantau situasi kabut asap saat ini dan jika ada kebutuhan untuk menutup sekolah, kami akan mengumumkannya,” kata Menteri Pendidikan dan Inovasi Malaysia, Datuk Dr Yusof Yacob, seperti dikutip dari media lokal Malaysia, The Star, Minggu (15/9/2019). (mb/detik)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *