Gara-gara Direksi Dirombak, Karyawan Sriwijaya Air Resah

Metrobatam, Jakarta – Ratusan karyawan Sriwijaya Air yang tergabung dalam Asosiasi Serikat Pekerja Sriwijaya Air (ASPERSI) dan Sriwijaya Air Pilot Association (SAPA) berkumpul di Sriwijaya Air Tower, Cengkareng, Tangerang.

Mereka berkumpul untuk meminta penjelasan soal kekisruhan antara Pemegang Saham dengan Manajemen hasil kesepakatan Kerjasama Manajemen (KSM) dengan PT Garuda Indonesia Group.

Di sana, mereka mengundang pemegang saham turut serta untuk hadir dalam memberi penjelasan. Namun sayangnya, para pemegang saham belum juga hadir dalam kegiatan tersebut.

Sebelumnya, Dewan Komisaris PT Sriwijaya Air sebelumnya memutuskan untuk memberhentikan 3 direksi termasuk direktur utama perusahaan. Ketiga orang tersebut adalah direksi yang diambil dari pejabat di Garuda Indonesia.

Bacaan Lainnya

Pemberhentian tiga direksi dari Garuda Indonesia ini membuat kekhawatiran bagi para karyawan Sriwijaya Air. Sebab, retaknya hubungan antara Sriwijaya dan Garuda Indonesia ini dinilai bisa memberikan dampak negatif pada karyawan.

Sejumlah direksi Sriwijaya Air yang sudah diberhentikan, yakni Joseph Adriaan Saul selaku Direktur Utama PT Sriwijaya Air, Harkandri M Dahler selaku Direktur Human Capital and Service PT Sriwijaya Air, dan Joseph K Tendean selaku Direktur Komersial Sriwijaya Air, hadir di tengah-tengah serikat karyawan.

Dalam kesempatan itu, Josep Andriaan memberi penjelasan kepada ASPERSI dan SAPA. Josep yang merupakan orang Garuda Indonesia yang sebelumnya menjabat sebagai General Manager di Denpasar itu meminta agar para karyawan bisa menjaga hubungan baik dengan pemegang saham.

Joseph juga meminta para karyawan tak khawatir dengan masalah yang terjadi dan kembali bekerja dengan tenang. Dia mengaku akan mencari jalan terbaik terkait dengan masalah ini.

“Kembali bekerja, saya akan semaksimal mungkin cari solusi terkait masalah ini saya akan diskusi dengan Pak Ari Askhara agar ini bisa bekerja baik,” katanya di lokasi.

“Saya sarankan teman-teman sekalian, para karyawan, kita kerja saja, secara profesional. Saya akan semaksimal mungkin untuk bekerja, kita tidak punya niat untuk mengkerdilkan Sriwijaya. Niat kita untuk terus membesarkan Sriwijaya,” sambungnya.

Diberhentikannya Joseph Adriaan Saul selaku Direktur Utama PT Sriwijaya Air, Harkandri M Dahler selaku Direktur Human Capital and Service PT Sriwijaya Air, dan Joseph K Tendean selaku Direktur Komersial Sriwijaya Air membuat hubungan kerja sama perusahaan dengan Citilink menjadi tak jelas.

Hal itu membuat kekhawatiran tersendiri di kalangan karyawan Sriwijaya. Mereka khawatir bila operasi Sriwijaya nantinya berhenti gara-gara harus segera melunasi utang-utang kepada BUMN. Untuk itu, para karyawan meminta penjelasan pemegang saham terkait kelanjutan dari kerja sama dengan Citilink.

Dilakukan Sepihak

Air Joseph Adrian Saul menilai keputusan permbehentian dirinya sebagai Direktur Utama Sriwijaya Air dilakukan secara sepihak. Ia mengaku tak pernah diberitahu akan keputusan tersebut sebelumnya.

“Saya nggak tahu mau dinonaktifkan, itu langsung saja,” kata Joseph di Sriwijaya Tower.

Joseph menjelaskan, posisi dia saat ini di Sriwijaya adalah Dirut nonaktif. Saat ini, pihak komisaris Sriwijaya sedang meminta laporan keuangan perusahaan kepadanya.

“Sebenarnya kita nggak diganti ya, sebenarnya kita nonaktif, jadi komisaris lagi meminta data-data laporan keuangan kita dari Januari sampai Juni. Kita sedang persiapkan. Jadi nggak diganti, nonaktif lah istilahnya,” katanya.

Lebih dari itu Joseph mengatakan dirinya masih bertanggungjawab terhadap operasional Swirijaya. Dia mengaku masih terus menjalankan tugasnya di Sriwijaya meski telah dinonaktifkan.

“Secara legal, kita masih direksi yang sekarang ini, masih bertanggungjawab accountable unit, yang bertanggungjawab terhadap operasional Sriwijaya. Jadi kita jalan terus kok,” tuturnya.

Direktur Utama (Dirut) Sriwijaya Air nonaktif Joseph Adrian Saul menjelaskan Kerjasama Manajemen (KSM) Sriwijaya dengan Garuda Indonesia Group, dalam hal ini Citilink masih berlanjut.

“KSM ini sampai sekarang ini masih belum putus. Karena Citilink masih mengakui kami yang bertanggungjawab. Masih belum putus. Nah kita minta karena mereka (pemegang saham) pakai Undang-Undang PT, kita minta apa dari mereka. Sejauh ini mereka masih mau dialog. Mereka mau terus,” katanya.

Joseph menerangkan, bahwa Citilink sudah dengan tegas meminta bila operasional Sriwijaya akan berada di bawah Garuda Indonesia Group.

“Nah terusnya ini akan kita tanya, maunya seperti apa. Tapi Citilink tegas, akan minta tetap Sriwijaya is undercontrol Garuda Indonesia Group,” katanya.

Sebab, kata Joseph, dalam persetujuan KSM dijelaskan, bahwa setiap kebijakan atau langkah yang akan dilakukan oleh Sriwijaya harus sesuai izin dari Garuda Indonesia Group.

“KSM ini jelas, bahwa KSM itu menyerahkan semua manajemen itu kepada Garuda Indonesia Group. Itu dasarnya. Bahwa kerja sama manajemen ini adalah menyerahkan semuanya kepada Garuda Indonesia Group. Sehingga apapun yang ada di sini, harus meminta atau meminta izin dengan Garuda Indonesia Group, Citilink,” jelasnya.

Dengan mencopot sejumlah direksi, termasuk Joseph, pemegang saham dinilai telah melanggar kontrak KSM. Untuk itu, saat ini pihak Citilink masih terus berkomunikasi dengan pemegang saham Sriwijaya mengenai langkah harus dilakukan ke depan agar KSM terus berlanjut.

“Nah sekarang Citilink menanyakan, ‘ini berarti nggak sesuai kontrak kan?’ Menonaktifkan saya, menunjuk Komut, menunjuk ke salah satu Direktur Legal yang notabene adalah pemegang saham, itu di luar kontrak.

“Citilink menanyakan, ‘ini mau terus atau nggak?’ Nah mereka (pemegang saham) bilang, saya mau terus, artinya ini dikembalikan semuanya dulu. Saya balik lagi, direksinya juga, nanti baru kita bicara. Fairnya, artinya seperti apa,” tuturnya. (mb/detik)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *