4 Ogoh-ogoh Dibakar di Depan Pura Amerta Bhuana, Sei Ladi, Batam

Empat ogoh-ogoh siap dibakar dalam acara pengerupukan di Pura Agung Amerta Bhuana, Sei Ladi, Batam, Senin (27/3).Foto : Mcb, Net
Metrobatam.com, Batam – Empat ogoh-ogoh siap dibakar dalam acara pengerupukan di Pura Agung Amerta Bhuana, Sei Ladi, Batam, Senin (27/3). Upacara dimulai dengan arak-arakan dari depan pura sampai simpang SPBU Baloi dan kembali ke depan pura. Kemudian dilanjutkan dengan membakar ogoh-ogoh di lokasi yang sama.
“Ogoh-ogoh ini tidak berhubungan langsung dengan nyepi. Ini merupakan kreasi budaya untuk menyambut nyepi. Ogoh-ogoh ini menjadi simbolisasi nilai jahat dalam diri kita. Makanya wujud ogoh-ogoh ini enggak ada ganteng dia. Kita arak setelah itu kita bakar, kita enyahkan dari dalam diri kita,” kata Pembina Umat Hindu se-Kepulauan Riau, I Wayan Catra Yasa di Batam.
Ia mengatakan perayaan nyepi di Batam maupun Kepri merupakan bagian dari perayaan nyepi nasional. Adapun tema yang diangkat tahun ini adalah “Melalui Catur Brata Penyepian Kita Tingkatkan Toleransi dan Kebhinekaan dalam Lingkup NKRI”.
Menurut Wayan, tidak ada yang berbeda dari perayaan Nyepi di Batam tahun ini. Selain jumlah ogoh-ogoh yang dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.
“Di Kepri ini ada dua lokasi perayaan menyambut Nyepi. Selain di Batam juga ada di Bintan. Ogoh-ogoh diarak di simpang Lagoi,” ujarnya.
Wayan mengatakan ada 2000-an jiwa umat Hindu yang rayakan Nyepi 1 Saka 1939 di Batam. Sehari sebelum pengerupukan, umat Hindu juga menggelar melasti, upacara pembersihan di DAM Sei Ladi. Mereka berdoa supaya alam di sekitarnya bersih dan suci.
Sementara untuk hari H Nyepi, Selasa (28/3), umat Hindu akan berdiam di dalam rumah. Mereka akan melaksanakan empat macam puasa, yakni tidak boleh menyalakan api, tidak boleh bepergian, tidak bekerja, dan menikmati hiburan.
“Jadi api itu sebenarnya simbolis amarah. Tidak menghidupkan api berarti kita menjaga emosi. Tapi secara harafiah kita memang tidak menyalakan api juga. Selain itu kita juga puasa bicara,” kata dia.
Kegiatan Nyepi, kata Wayan, juga dilaksanakan di pura. Umat Hindu yang Nyepi di pura akan menghabiskan waktunya dengan membaca kitab. Namun tentunya dengan suara pelan.

Pos terkait