AHY Tagih ‘Revolusi Mental’ Jokowi, PDIP: Kritik Harus Objektif

Metrobatam, Jakarta – Ketua Komando Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat (PD) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) melontarkan kritik kepada pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). PDIP berharap kritik yang disampaikan objektif.

AHY mempertanyakan eksistensi program revolusi mental Presiden Jokowi. Hal tersebut ia lontarkan ketika menyampaikan orasi politiknya pada Sabtu (9/6).

Partai pengusung Jokowi, PDIP, tak mempermasalahkan manuver dari putra Ketua Umum PD, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), itu. Hanya, kata Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, kritik harus disampaikan berdasarkan objektivitas.

“Kalau kritik itu harusnya diberikan berdasarkan objektivitasnya. Bukan didasarkan pada kepentingan politiknya,” kata Hasto di Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat, Selasa (12/6).

Bacaan Lainnya

“Ketika mau ketok pintu cerita yang baik-baik, kemudian ketika ada agenda berbeda kemudian memberikan kritik yang berbeda. Rakyat melihat ketidakkonsistenan di situ,” lanjutnya.

Hasto juga menilai wajar Demokrat mengeluarkan kritik terhadap pemerintah meskipun pada awalnya Demokrat sempat memberikan sinyal merapat ke kubu Jokowi. Itu menurutnya sebagai upaya Demokrat ikut andil dalam kontestasi Pilpres 2019.

“(Sebelumnya) dari beberapa sinyal yang disampaikan, termasuk oleh Bapak Susilo Bambang Yudhoyono, kan memang ada upaya membangun dialog positif. Tapi hasilnya kan kami serahkan pada kedaulatan setiap partai. Karena kerja sama kan harus dari kedua partai,” ungkap Hasto.

Dia tidak menyangkal adanya sinyal-sinyal dari Partai Demokrat saat keduanya melakukan komunikasi. Namun Hasto enggan membeberkan ke mana arah PD saat ini, mengingat manuver-manuver politik dari Demokrat sering kali dikeluarkan.

“Ya namanya dinamika politik setiap partai kan punya kalkulasi-kalkulasi politik. Tapi bagi PDIP, sekali kami bersikap ya kami tidak akan pernah berubah,” ucapnya.

Sebelumnya, AHY menyinggung program revolusi mental Presiden Joko Widodo (Jokowi). Ia mempertanyakan eksistensi program tersebut.

“Pembangunan karakter bangsa, untuk membentuk manusia Indonesia yang beretika, dalam kehidupan bermasyarakat, menjadi sangat mendesak di samping pembangunan fisik,” kata AHY di JCC, Jl Gatot Soebroto, Jakarta Pusat, Sabtu (9/6).

Hal itu disampaikan AHY dalam acara orasi ‘Dengarkan Suara Rakyat’. Menurut AHY, eksistensi program tersebut tidak terlihat lagi.

“Sebenarnya, pada awal pemerintahan Presiden Joko Widodo, sebagian besar rakyat menaruh harapan kepada program, pembangunan manusia Indonesia. Ketika pemerintah saat ini, berhasil membangun ribuan kilometer jalan, ratusan jembatan, dan proyek infrastruktur lainnya, lantas, kita patut bertanya, apa kabar ‘revolusi mental’?” ucap AHY. (mb/detik)

Pos terkait