Banjir Sulsel Tewaskan 69 Orang, Ribuan Masih Mengungsi

Metrobatam, Jakarta – Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menyatakan 69 orang meninggal dan 7 orang hilang akibat bencana banjir, tanah longsor, puting beliung dan abrasi di wilayah Sulawesi Selatan.

Selain itu puluhan orang mengalami luka-luka dan ribuan orang masih mengungsi. Data tersebut didapatkan berdasarkan pembaruan yang dilakukan per 28 Januari 2019.

“Dampak bencana per 28/1/2019 tercatat 69 orang meninggal,7 orang hilang, 48 orang luka-luka dan 9.429 orang mengungsi,” kata Sutopo dalam keterangan yang dirilis hari ini.

Gubernur Sulawesi Selatan menetapkan masa tanggap darurat selama 14 hari terhitung sejak 23 Januari hingga 6 Februari guna mempermudah dan mempercepat penanganan bencana tersebut. Waktu tanggap darurat pun masih bisa berubah sesuai kondisi di lokasi.

Bacaan Lainnya

Proses evakuasi sampai saat ini masih dilakukan di 201 desa di 78 kecamatan yang ada di 13 kabupaten/kota seperti di Kabupaten Jeneponto, Maros, Gowa, Kota Makassar, Soppeng, dan Wajo.

Dengan perpanjangan status darurat tersebut, Sutopo menjelaskan akan ada kemudahan akses terhadap penggunaan anggaran dari alokasi belanja tak terduga di APBD dan penggunaan dana siap pakai BNPB.

Kemudahan juga berlaku dalam pengerahan personel, logistik, peralatan, pengadaan barang dan jasa, serta administrasi untuk mempercepat penanganan bencana.

Selain itu juga kemudahan akses pengerahan personel, logistik, peralatan, pengadaan barang dan jasa, serta administrasi.

Rangkaian bencana di Sulsel ini ikut menimbulkan kerusakan fisik, di antaranya 559 unit rumah rusak, 22.156 unit rumah terendam, dan 13.808 hektare sawah juga ikut terdampak.

Sementara itu 34 jembatan, 2 pasar, 12 unit fasilitas peribadatan, 8 fasilitas pemerintah dan 65 unit sekolah juga dinyatakan rusak.

Meski evakuasi terus dilakukan namun banjir sudah dinyatakan surut. Sebagian pengungsi pun sudah kembali ke rumahnya.

“Masyarakat yang berada di pengungsian karena rumahnya rusak berat, masyarakat merasa lebih nyaman di pengungsian karena takut banjir dan longsor susulan,” kata Sutopo. (mb/cnn indonesia)

Pos terkait