Bank Bukan Lagi Sasaran Utama Hacker

Metrobatam, Jakarta – Perkembangan teknologi komputasi mengharuskan setiap penggunanya untuk lebih ekstra hati-hati dalam melindungi data. Jika dulunya bank merupakan sasaran utama hacker, kini para hacker membidik sektor yang lebih krusial.

Eko Widianto, Managing Director Bintang Anugerah Kencana yang menjadi distributor F-Secure di Indonesia, menyatakan bahwa ransomware kini sudah bisa dianggap sebagai teroris gaya baru. Kejahatan siber ini memasuki ranah publik dan tidak pandang bulu siapa korbannya.

“Ransomware modusnya mencari uang dengan cara mencuri data. Tetapi dia itu social engineering di mana dia nggak melihat siapa korbannya, dia nggak kenal korbannya yang penting dia tebar. Tapi sasaran utamanya justru bukanlah bank,” kata dia.

Hacker tidak memilih bank sebagai sasaran utama karena umumnya bank sudah memiliki perlindungan berlapis. Menurut Eko, ransomware lebih ditujukan pada sektor publik yang layanan dan datanya digunakan banyak orang seperti milik industri telko, situs Pemerintah atau situs pendidikan.

Bacaan Lainnya

“Corporate masih mungkin diserang ya. Tetapi kalau individu saya kira tidak karena hasil dari pengancamannya jadi tidak signifikan. Kalau bank, benar bahwa mereka punya uang banyak, tetapi untuk menembus bank akan jauh lebih sulit,” terang Eko.

Lebih lanjut, Eko juga menjelaskan bagaimana ransomware bisa menjangkiti perangkat.

“Modusnya ransomware hanya dua, yang pertama melalui attachment e-mail sementara yang kedua dari situs. Nah, saya setuju dengan Pak Rudiantara bahwa masyarakat harus aware dengan attachment apa yang diunduh, serta jangan sembarangan membuka situs dewasa,” lanjut dia.

Selain itu, Eko juga menjelaskan bahwa varian ransomware sudah meningkat tajam. Pada 2012, hanya ada satu ransomware di dunia. Namun laporan terakhir oleh State of Cyber Security Report 2017 yang dirilis F-Secure mencatat adanya 193 jenis ransomware beredar sampai 2016 dan jumlah ini diramal akan meningkat di 2017.

Sementara itu, dari 99 negara yang terjangkit WannaCry, Eko tidak heran ransomware tersebut mengusik Indonesia. Dia mengutip Kominfo mengatakan bahwa hanya 30 persen pengguna yang memedulikan keamanan perangkatnya di Indonesia. (mb/cnn indonesia)

Pos terkait