Banyak Lupa, Hakim Tegus ‘Orang Kepercayaan’ Novanto

Metrobatam, Jakarta – Bos Delta Energy Pte Ltd, Made Oka Masagung, ditegur majelis hakim. ‘Orang kepercayaan’ Setya Novanto itu ditegur lantaran banyak lupa.

Awalnya, Made Oka selalu menjawab lupa ketika ditanya jaksa pada KPK. Selain itu, dia selalu menengok ke dokumen yang dibawanya.

Ketua majelis hakim Yanto pun memotong. Yanto menegur Made Oka yang kerap mengaku lupa itu. “Anda banyak lupa ya,” tegur Yanto pada Made Oka dalam sidang lanjutan terdakwa Novanto di Pengadilan Tipikor Jakarta, Jalan Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat, Senin (22/1).

Made Oka mengaku memang lupa sehingga membawa dokumen tersebut. “Makanya saya buku ini, Pak,” jawab Made Oka.

Bacaan Lainnya

Berbagai jawaban lupa itu disampaikan Made Oka ketika ditanya asal usul uang yang masuk ke rekening OCBC miliknya di Singapura. Made Oka mengaku tak tahu tentang transfer uang masuk itu.

Malahan, Made Oka dengan santainya mengambil USD 10 ribu dari rekeningnya yang saat itu diakuinya hanya berisi USD 2 ribu. Made Oka pun mengaku tak menanyakan hal itu ke bank.

Belakangan, Made Oka mengaku baru tahu duit itu dari PT Biomorf Mauritius milik Johannes Marliem ketika diperiksa penyidik KPK. Kini rekening banknya itu sudah diblokir.

“Saya tahu dari penyidik (Biomorf Mauritius). Rekening saya sudah diblokir Pak, waktu ada ribut-ribut ini,” kata Made Oka.

Di dakwaan Novanto, jaksa KPK menyebut Novanto menerima total uang USD 7,3 juta terkait korupsi proyek e-KTP. Duit itu diterima Novanto melalui tangan Made Oka Masagung dan Irvanto Hendra Pambudi Cahyo.

Uang yang diterima Novanto melalui Made Oka sebesar USD 3,8 juta. Uang itu diterima dari Johannes Marliem dan Anang Sugiana Sudihardjo.

Jaksa kemudian memerinci pemberian tersebut sebagai berikut:

  • USD 3,8 juta diterima Novanto melalui Made Oka dengan perincian yaitu USD 1,8 juta melalui rekening OCBC Center Branch atas nama OEM Investment Pte Ltd dan USD 2 juta melalui rekening Delta Energy Pte Ltd di Bank DBS Singapura.
  • USD 3,5 juta diterima Novanto melalui Irvanto Hendra Pambudi Cahyo pada 19 Januari 2012 sampai 19 Februari 2012.

Temui Setnov Bahas Chip

Sementara pengusaha Charles Sutanto Ekapradja mengaku pernah bertemu terdakwa korupsi Setya Novanto sebanyak tiga kali untuk membahas proyek e-KTP. Pertemuan itu dilakukan di kediaman Setnov di Jalan Wijaya, Jakarta Selatan, dan DPR pada medio 2011.

Hal ini diungkapkan Charles saat menjadi saksi dalam sidang korupsi proyek e-KTP dengan terdakwa Setnov di Pengadilan Tipikor Jakarta, Senin (22/1).

Dalam pertemuan terakhir, Charles membahas soal chip yang akan digunakan pada e-KTP. Saat itu ada pula Direktur PT Sandipala Arthaputra Paulus Tannos. Menurut Charles, Setnov saat itu menanyakan soal harga chip yang akan digunakan dalam proyek e-KTP.

“Biayanya sekitar US$2,5 sampai US$3 per chip,” ujar Charles.

Saat itu Setnov juga sempat menanyakan apakah bisa menggunakan chip dari China agar harganya lebih murah. “Benar terdakwa menanyakan bisa enggak (penyediaan chip) dari China?” tanya hakim mengonfirmasi.

“Iya betul. Saya enggak tahu kenapa dia tanya, tapi memang kalau dari China lebih murah,” jawab Charles.

Charles menyebut dirinya pertama kali ke rumah Setnov atas ajakan Direktur PT Delta Energi Investama Made Oka Masagung. Made disebut juga menjadi orang kepercayaan Setnov.

Charles menceritakan, awalnya mengetahui proyek e-KTP dari Johannes Marliem selaku penyedia produk Automated Fingerprint Identification System (AFIS) merk L1 dari Amerika.

Sebagai Country Manager Hewlett Packard (HP) Enterprise Service saat itu, Charles diberitahu bahwa L1 pernah bekerja sama dengan HP untuk membuat produk serupa kartu identitas di Amerika.

“Dia bilang L1 pernah punya kerja sama dengan HP untuk cover proyek kartu identitas. Kemudian ada proyek nasional ini (e-KTP),” terangnya.

Charles kemudian bertemu kembali dengan Setnov di DPR atas ajakan Made. Namun menurutnya, pertemuan saat itu hanya diisi dengan kegiatan makan siang bersama sejumlah anggota DPR lainnya.

Ia mengaku menerima upah sebesar US$800 ribu atas jasa konsultasi soal penyediaan perangkat tersebut dari Marliem. Uang itu dibayarkan sebesar US$30 ribu per hari selama hampir setahun. “Ya, saya terima uang itu untuk keperluan pribadi,” ucap Charles.

Setnov sebelumnya didakwa menerima uang sebesar US$7,3 juta dan jam tangan merk Richard Mille. Ia juga disebut telah mengatur proyek e-KTP bersama sejumlah pihak termasuk Andi. (mb/detik)

Pos terkait