Begini Cara Kabareskrim Polri Membangun Penegak Hukum yang Dicintai Masyarakat

Metrobatam.com, Jakarta – Kepala Badan Reserse dan Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri, Komjen Pol. Ari Dono Sukmanto menyatakan bahwa salah satu tantangan utama yang dihadapi penegakan hukum oleh Polri saat ini adalah penilaian dari masyarakat. Khususnya beberapa pihak dari masyarakat yang masih memberikan penilaian negatif dari pada penilaian positif kepada Polri.

“Tapi kemudian, jangan hal itu menjadi alasan bagi Polri untuk jadi patah semangat. Sebab dengan bekerja lebih berkeringat lagi, justru masyarakat sendiri yang akan langsung merasakan, lalu menilainya. Tantangan ini yang juga harus dijawab oleh para Taruna dan Taruni Polri ke depannya nanti,” tegas Ari saat memberikan pembekalan kepada para Taruna dan Taruni Polri, seperti dilansir dari keterangan resmi yang diterima.

Ari kemudian menjelaskan, meski Gallup’s Law and Order Index telah menyematkan Indonesia sebagai negara 10 besar paling aman, tapi citra atau penilaian buruk dari masyarakat saat ini justru harus terus dibenahi. Terutama yang disebabkan oleh perilaku dari oknum anggota Polri itu sendiri.

“Boleh saja Indonesia disebut sebagai 10 negara teraman. Tapi gara-gara oknum setitik, rusak citra institusi. Bahkan nama baik negara. Ini tantangan sesungguhnya bagi para anggota ke depannya. Sebab, jika mental menjadi oknum terus membudaya, Polri pasti akan semakin ditinggalkan masyarakat,” jelas Ari.

Bacaan Lainnya

Untuk itu, Ari kembali menerangkan, gambaran penegakan hukum saat ini yang sedang dikembangkan oleh Polri sudah jauh berbeda orientasinya.

“Saat ini Polri mengembangkan orientasi untuk menjadi pemecah berbagai masalah di masyarakat. Berbasis pada potensi-potensi sumber daya lokal dan kedekatan dengan masyarakat yang lebih manusiawi,” terang Ari.

Untuk itu, Ari melanjutkan, penegak hukum di masa kini harus mampu bertindak sesuai dengan regulasi hukum dan sosial kemasyarakatan yang ada.

“Penegak hukum zaman now harus mampu bertindak sesuai dengan prosedur. Lalu menghindari pola-pola tindakan crime control model. Serta selaras dengan perkembangan nilai-nilai universal berbasis demokrasi dan HAM sebagai bagian dari komunitas masyarakat global yang modern dan berbudaya tinggi. Juga adaptif dan akomodatif terhadap perkembangan teknologi serta ilmu pengetahuan,” lanjut Ari.

“Penegak hukum juga harus mampu memodernisasi pola pikir, pola budaya, strategi, instrumentasi dan infrastruktur yang dimiliki. Tetap dengan mengedepankan pendekatan humanis saat bertugas,” tambah Ari.

Untuk itu, tegas Ari, paradigma masa lalu yang selama ini hadir sudah harus dibuang jauh-jauh.

“Paradigma “menakut-nakuti masyarakat” harus diubah. Jangan sembarangan juga melakukan penegakan hukum sebab penegakan hukum zaman now harus dilakukan justru bertujuan untuk mencegah kejahatan agar tidak terulang. Polisi masa kini harus mendorong masyarakat agat patuh dan sadar terhadap aturan, bukan karena sanksinya saja, tapi karena akibat dari perbuatan hukumnya. Ini tantangan dari masyarakat yang harus dijawab dengan kerja keras,” tegas Ari.

Terlebih lagi, Ari menambahkan, gambaran permasalahan dunia kejahatan di masa kini juga semakin kompleks. Mulai dari berbagai jenis kejahatan yang terjadi di dalam negeri serta yang sudah melintasi batas negara. Hingga yang mengancam disintegrasi bangsa melalui berbagai kabar hoaks di masyarakat yang sebarannya di jejaring media sosial dan berbagai aplikasi percakapan.

“Pada intinya, tujuan penegakan hukum, selain memperoleh kepastian dan keadilan—juga harus bermanfaat bagi martabat manusia. Orientasi penegakan hukum saat ini justru untuk memperbaiki. Baik individu, tatanan sosial hingga sistem,” tambah Ari.

Berdasarkan pengalaman yang ia kumpulkan, Ari juga membagikan langkah konkret kepada para Taruna dan Taruni Polri.

“Pertama, jadilah polisi yang jujur, teladan dan memiliki karakter yang kuat. Sebab polisi termasuk juga sebagai agen perubahan. Negara yang baik dan bersih, juga berasal dari polisi yang baik dan bersih. Kedua, menjadi polisi, jangan berorientasi atau memiliki tujuan untuk memperkaya diri sendiri. Tidak berdosa bahkan tidak salah jika seorang polisi hidup sederhana. Seperti almarhum Jenderal Hoegeng pernah menyatakan, ‘selesaikanlah tugas dengan kejujuran karena kita masih bisa makan nasi dengan garam’,” urai Ari.

Ketiga, Ari melanjutkan, jadilah polisi yang humanis. Turun langsung ke masyarakat. Layani masyarakat dengan baik dengan menjadi pemecah permasalahan yang terjadi di masyarakat.  Sebab polisi justru yang mesti melayani masyarakat, bukan sebaliknya. Keempat, membangun kreatifitas dengan selalu berinovasi dalam membangun negara yang lebih baik sebagai polisi.

“Sebab, jika ingin menjadi pimpinan Polri yang baik, maka jadilah anak buah yang baik,” pungkas Ari.

(rilis)

 

Pos terkait