Bergamis dan Berkopiah, Penampilan Terakhir Freddy Budiman Menuju Eksekusi

Metrobatam, Cilacap – Freddy Budiman tamat. Peluru regu tembak dari Brimob Polda Jateng mengakhiri kisah hidupnya. Freddy selama ini dikenal gembong narkoba kelas kakap. Bahkan di tahanan dia masih mengendalikan peredaran narkoba.

Tapi beberapa tahun lalu dia melakukan pertobatan. Freddy mendalami Islam, seiring waktu eksekusi mati atas dirinya yang semakin dekat.

“Tadi dia keluar tahanan pakai gamis putih, celana putih, dan peci putih,” kata Kalapas Batu Nusakambangan, Abdul Aris, Jumat (29/7) pukul 02.45 WIB.

Freddy Budiman menempati ruang sel sendiri, seperti tahanan lainnya di Lapas Batu. Pukul 23.30 WIB, Kamis (28/7), Freddy dibawa ke luar sel. “Ya dia sudah siap,” tegas dia.

Bacaan Lainnya

Memang sejak jauh-jauh hari eksekusi mati atas Freddy Budiman sudah lama terdengar. Freddy divonis mati atas kepemilikan 1,4 juta ekstasi. Tak hanya itu saja di dalam penjara dia masih mengendalikan peredaran narkoba, hingga akhirnya dia dipindah ke Lapas Batu, Nusakambangan.

Freddy menurut Kalapas Batu Nusakambangan Abdul Aris memang terlihat sudah siap. Freddy tak menangis atau meronta saat dibawa Brimob menuju tempat eksekusi.

“Dia sudah siap. Ramadan lalu dia khatam 10 kali Alquran,” jelas Abdul. Freddy sudah menyiapkan diri jauh-jauh hari. Freddy beberapa tahun ini, setelah dipindah ke Nusakambangan memang mendalami Islam.

“Dia sempat menemui saya. Dia menyampaikan terima kasih dan minta maaf,” urai Abdul.

Jelang hari eksekusi, Freddy berpuasa sunnah Kamis. Dia berbuka puasa, dari makanan yang diantarkan keluarga, lalu salat Isya. Lepas salat Isya, Freddy berzikir ditemani rohaniawan.

“Waktu dari kamar tahanan menuju gerbang dia mengucapkan salam ke tahanan lain dan petugas, dia minta maaf. Kemudian dia mengucapkan takbir di gerbang,” tutup Abdul.

Zulfikar Sujud Syukur
Eksekusi mati kali ini hanya dilakukan pada empat tahanan. Mereka yakni Freddy Budiman (37), Michael Titus (34), Humprey Ejike (40), dan Cajetan Uchena Onyeworo Seck Osmane (34).

Sedang 10 tahanan lain yang sudah siap dieksekusi ditunda pelaksanaannya. Mereka tetap di tahanan dan tak dijemput Brimob. “Mereka saat tahu ditunda sujud syukur,” jelas Abdul Aris.

Termasuk salah seorang yang sujud syukur yakni Zulfikar Ali, warga Pakistan. “Dia tadi pakai tabung oksigen terus. Dia terlihat emosional,” sambungnya.

Petugas melakukan pengawasan kepada semua tahanan yang masuk daftar eksekusi. “Kami mengawasi, berjaga-jaga,” ujar dia.

Selain Zulfikar tahanan lain yang tak jadi dieksekusi yakni Obinna Nwajagu, Ozias Sibanda, Meri Utami, Gurdip Singh, Frederik Luttar, Eugene Ape, Pujo Lestari, Agus Hadi, dan Okonkwo Nongso Kongleys.

Khusus Zulfikar, dia memang memakai tabung oksigen karena tengah sakit. Istri Zulfikar, Rohana juga menunggu di ruang tunggu karena memang mengira akan ada 14 yang dieksekusi mati.

“Saat tidak jadi eksekusi, istrinya pulang. Kan belum jam besuk, jadi nggak boleh,” tegas Abdul. Penundaan eksekusi menurut Jampidum Noor Rachmad dilakukan karena masih ada kajian. (mb/detik)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *