BNN Tangkap 4 Kurir Narkotika yang Dikendalikan dari Lapas

Metrobatam, Jakarta – Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Direktorat Jenderal Bea Cukai Kementerian Keuangan menangkap empat kurir sabu yang dikendalikan narapidana dari dalam lembaga pemasyarakatan. Keempat kurir masing-masing berinisial Su, An, Am, dan SBL.

“Jumlah barang bukti yang akan diselundupkan 28,2 kilogram sabu dan 21.727 butir ekstasi dari Kuching, Malaysia, menuju Kalimantan Barat melalui jalur darat,” ujar Kepala BNN Komisaris Jenderal Heru Winarko di Gedung BNN Jakarta, Jumat (6/4).

Para kurir, kata Heru, diperintah napi di lapas Bengkayang berinisial AP dan seorang napi di lapas Pontianak berinisial DK untuk menyelundupkan sabu dan ekstasi.

Kurir tersebut menyelundupkan barang haram ini melalui perbatasan ilegal di Entikong dengan berjalan kaki. Setelah berhasil melewati perbatasan, lanjutnya, para kurir kemudian menggunakan kendaraan roda empat untuk mengangkut.

Bacaan Lainnya

“Mereka dijanjikan upah satu kilogram dapat Rp25 juta. Jadi kalau bisa (selundupkan) 10 kilogram bisa dapat Rp250 juta,” katanya.

Sementara itu Dirjen Bea Cukai Heru Pambudi mengakui selain pelabuhan, jalur perbatasan dari Malaysia sangat rawan menjadi tempat menyelundupkan narkotika. Terlebih para kurir itu melintasi jalur ilegal yang tak diawasi petugas.

Selama ini pihaknya telah memperketat pengawasan di tiap pos-pos perbatasan. Namun, kata Heru, para pengedar narkotik itu kemudian memindahkan ‘jalur’ penyelundupan untuk mengelabui petugas.

“Kami sudah ketatkan (pengawasan) di pelabuhan, mereka kemudian pindah ke perairan. Setelah diketatkan lagi, mereka pindah lagi ke perbatasan,” ucap Heru.

Kendati demikian, Heru menyatakan keempat kurir yang tertangkap ini telah terpantau beberapa kali keluar masuk wilayah Pos Lintas Batas Negara (PLBN) di Kalimantan Barat dan Bandara Supadio Pontianak.

Hal ini diketahui dari penggunaan aplikasi Sistem Informasi Pengawasan Kendaraan Lintas Batas Negara yang sudah dioperasikan di sejumlah PLBN yakni Entikong, Aruk, dan Nanga Badau.

“Kami sudah punya sistem ini dan diharapkan memudahkan pemantauan pada kasus-kasus semacam ini,” katanya. (mb/cnn indonesia)

Pos terkait