Metobatam.com, Batam – Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam (BP Batam) mengantongi komitmen Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar US$900 juta atau setara dengan Rp12,7 triliun pada 2020 mendatang.
Kepala BP Batam Edy Putra Irawadi menggolongkan rencana investasi tersebut sebagai penanaman yang sudah siap atau disebut pipeline. Ke depan, badan usaha tinggal merealisasikan investasi ini.
Ia enggan merinci nama-nama badan usaha yang akan berinvestasi di Batam pada tahun depan. Namun, ia memperkirakan 10 ribu orang tenaga kerja bisa terserap dari investasi tersebut.
“Kami sudah ada komitmennya, sudah punya detailnya. Ini kami masukkan ke dalam golongan investasi yang disebut in the pipeline,” jelas Edy ditemui di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Rabu (19/6).
Sebenarnya, PMA ini cukup signifikan jika dibanding tahun ini. Pada 2019, BP Batam tercatat mengantongi komitmen investasi sebesar Rp5,2 triliun, di mana Rp1,1 triliun sudah terealisasi hingga April lalu. Namun demikian, tetap saja angka US$900 juta tersebut masih dianggap kurang maksimal.
Menurut dia, Batam harus bisa menggaet investasi lantaran perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China membuat beberapa pabrik yang beroperasi di negara tirai bambu itu melakukan relokasi. Apalagi, lanjut dia, Presiden Joko Widodo sudah menetapkan Batam dan Jawa Tengah sebagai pusat relokasi industri asal China di Indonesia.
“Dan kami juga seleksi ketat investasi yang masuk ke Batam. Kami hanya ingin investasi dengan nilai barang tinggi, jasa-jasa, atau substitusi impor. Kami tidak takut, karena kami punya banyak fasilitas, seperti tax holiday, tax allowance, insentif sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), dan juga bebas bea masuk atas impor barang tertentu (inland Free Trade Area),” jelasnya.