Bukan Kader Partai, Gatot Nurmantyo Dinilai Sulit Jadi Capres

Metrobatam, Jakarta – Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo dinilai sulit untuk menjadi calon presiden (capres) pada pemilihan presiden (pilpres) 2019 karena dia bukanlah kader partai politik. Gatot hanya bisa menunggu ‘bola muntah’ dari partai politik., dan itupun peluangnya sangat kecil karena sejumlah partai politik telah menentukan arah dukungan di Pilpres.

Demikian dikatakan Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno usai acara diskusi di Jakarta Pusat, Kamis (19/4).

“Mungkin (jadi capres) karena peluangnya menerima bola muntahan saja dari dinamika politik saat ini,” kata Adi

Lagipula, menurut Adi, Gatot akan sulit mendapatkan tiket sebagai capres karena dia bukan kader partai politik.

Bacaan Lainnya

Adi menjelaskan, pemilihan legislatif dan pilpres akan dilakukan bersamaan pada 2019. Berkaca pada pemilihan legislatif sebelumnya, kader yang mencalonkan diri menjadi anggota legislatif akan mendorong partainya untuk menunjuk capres atau cawapres dari internal partainya.

Hal ini dilakukan untuk memudahkan kader tersebut mendapat banyak dukungan saat berkampanye.

Misalnya, kata Adi, ada salah satu kader dari partai A berkampanye supaya dipilih oleh warga. Biasanya kader tersebut akan menyebut juga bahwa capres atau cawapres diusung merupakan kader di partainya. Dengan demikian, masyarakat merasa yakin dengan kader tersebut karena pucuk pimpinannya pun meyakinkan.

“Sulitnya, partai ini ingin memajukan kader, menokohkan kader. Kan nggak mungkin kasih karpet merah ke orang baru. Gatot sulitnya bukan kader partai ,” tutur Adi

Lebih jauh, Adi menjelaskan Gatot masih memiliki pekerjaan besar untuk meningkatkan elektabilitasnya demi meyakinkan partai koalisi untuk bisa memenuhi persyaratan ambang batas 20 persen kursi DPR atau 25 persen perolehan suara sah nasional.

Sementara itu, peneliti kepemiluan DPP LIRA Andi Syafrani menilai elektabilitas Gatot tidak mampu mendongkrak elektabilitas petahana Joko Widodo. Menurut dia tingkat resistensi, terutama dari partai koalisi pendukung Jokowi tinggi terhadap Gatot.

Begitu pula jika Gatot disandingkan dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Andi malah yakin, Gatot bisa membuat elektabilitas Prabowo merosot karena keduanya memiliki latar belakang militer.

Oleh karena itu, menurut Andi, sangat sulit bagi Gatot untuk dicalonkan sebagai cawapres. Andi menyarankan Gatot lebih cocok menjadi capres. “Makanya gatot musti straight saja jadi capres,” kata Andi.

Namun demikian, untuk menjadi capres, Gatot harus memberi sinyal politik yang lebih tegas dalam komunikasinya. Sehingga masyarakat, partai politik atau kalangan pengusaha, akan paham dan mengakomodir kepentingan Gatot di pilpres 2019.

“Jadi asumsinya daripada merapat ke tokoh yang nggak jelas, ini (Gatot) siap tempur ini,” kata Andi.

Sejumlah partai politik telah memberikan dukungan kepada calon presiden 2019. Partai Nasdem, Golkar, PPP, PDIP, Hanura, Perindo, PSI telah memberikan dukungannya kepada Joko Widodo, sementara Gerindra telah memastikan mengusung Prabowo Subianto.

Sedangkan PKB, Demokrat, PAN, dan PKS belum memutuskan untuk mendukung calon presiden yang akan diusung. (mb/cnn indonesia)

Pos terkait