Buya Syafi’i: ISIS Rongsokan Peradaban Arab

Metrobatam, Jakarta – ISIS merupakan rongsokan peradaban Arab yang kalah. Pernyataan itu disampaikan mantan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Buya Syafi’i Maarif kepada Presiden Joko Widodo dalam pertemuan internal di Istana Merdeka, Senin (17/7).

Meski produk rongsok, Buya mengingatkan bahwa ISIS kini menjadi salah satu kekuatan ideologi yang masuk ke Indonesia dan negara lain. Ada sebagian umat Islam yang bahkan menganggap ISIS mewakili Islam.

“Presiden agak kaget tadi, rongsokan peradaban Arab yang kalah. ISIS puncaknya,” ujar Buya di Kompleks Istana Kepresidenan, Senin (17/7).

ISIS pertama kali dideklarasikan di wilayah kota Mosul, Irak, Juni 2014 silam. Pengaruh ISIS perlahan meluas hingga mampu menguasai sebagian wilayah di Suriah dan Irak. Kini, di kawasan Timur Tengah, organisasi bentukan Abu Bakr al-Bahgdadi ini dalam posisi terdesak.

Bacaan Lainnya

Aktivitasnya terindikasi bergeser ke Asia Tenggara. Teranyar, sel-sel ISIS diketahui berkembang di Marawi, Filipina, yang memicu pemerintahan Presiden Duterte menggelar operasi militer di wilayah tersebut. Keberadaan ISIS di Filipina dikhawatirkan bakal menjalar ke Indonesia.

Menurut Buya, berkembangnya ISIS dan gerakan teror lain dipengaruhi ketimpangan sosial.

Ia menjelaskan, ketimpangan sosial di negara mana pun akan seperti jalan berumput kering yang sangat rentan gesekan sehingga terbakar. Dalam kehidupan nyata, gesekan nantinya memicu berbagai macam permasalahan seperti agama.

Lebih lanjut, Buya mengatakan bahwa saat ini masih ada pihak di Indonesia yang menganggap ISIS mewakili Islam. “Itu tadi rongsokan peradaban Arab yang sedang jatuh, dibeli di Indonesia,” tuturnya.

Hal itu, kata Buya, tak boleh dibiarkan demi kesatuan dan keamanana bangsa. Buya berharap sekelompok muslim Indonesia sadar sehingga Indonesia nantinya tak seperti Arab yang sekarang kewalahan mengatasi ISIS.

Bahas Ketimpangan Ekonomi

Pria yang akrab disapa Buya Syafii ini mengatakan, persoalan pertama yang dibahas yakni soal ketimpangan ekonomi. Dia meminta pemerintah harus lebih bekerja menangani persoalan ini.

“Persoalan pertama adalah ketimpangan ekonomi. Ini perlu cepat, pemerintah sudah bekerja tapi harus dipercepat. Sebab kalau tidak, ini timbul lagi nanti prahara sosial, Mei 1998. Itu kan hancur kita,” kata Buya Syafii kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (17/7).

Dia mengatakan, saat ini Presiden Jokowi sudah banyak mencabut izin tanah yang dimiliki oleh konglomerat. Selanjutnya, pemerintah harus lebih banyak melibatkan UKM.

“Tanah yang dimiliki konglomerat sudah banyak yang dicabut, Alhamdulillah. Kita kan orang enggak tahu, ini UKM harus diberdayakan. Saya sudah bicara dengan tiga konglomerat kelas hiu enggak saya sebut nama. Saya bilang ini kalau ketimpangan dibiarkan begini, ngamuk rakyat nanti. Mereka paham betul,” jelasnya.

Buya Syaffi juga mengatakan, para konglomerat di negara ini juga harus turun tangan menyikapi kondisi bangsa saat ini.

“Saya punya ide begini. Di tiap kabupaten dan kota, itu ada pengusaha yang punya komitmen kerakyatan, sehingga pertumbuhan yang berkeadilan itu menjadi pedoman kita semua,” katanya.

Dikatakan Buya Syafii, Presiden Jokowi juga memiliki pemikiran yang sama dengan dirinya mengenai hal yang dia sampaikan itu. “Ini cocok omongnya. Ini kan sisa masa lampau semua. Sejak zaman Soeharto dulu. Jadi ada dua kekuatan, yang pertama ketimpangan ini. Seperti jalan rumput kering yang rentan sekali dan bisa memicu macam-macam, pakai agama segala macam itu,” katanya.(mb/detik)

Pos terkait