Cerita Inspiratif Ortu Bupati di NTT Masih Jualan Daun Ubi di Pasar, Sangat Mengharukan

Metrobatam, Jakarta – Bupati Timor Tengah Utara (TTU) Raymundus Sau Fernandes sedang jadi perbincangan karena ribut dengan anggota DPRD setempat. Dia menolak anggaran pendidikan dialihkan ke Dinas PU. Kisah hidup Raymundus Sau Fernandes ternyata juga tengah ramai dibahas.

Cerita ini tentang kedua orang tua Raymundus Sau Fernandes yang menolak fasilitas mewah. Punya anak yang merupakan orang nomor 1 di Kabupaten Timor Tengah Utara, NTT, orang tua Raymundus nyatanya tetap memilih berjualan sayur-mayur di pasar.

“(Orang tua) masih tetap tinggal di kampung, di rumah tua kami. Macam-macam (yang dijual), macam-macam, ada daun ubi, bunga pepaya, buah pepaya, ada jantung pisang, sesuai hasil yang ada di kebunnya,” kata Raymundus saat dihubungi detikcom, Selasa (5/11/2019).

Yakobus Fernandes (85) dan Margaretha Manhitu (80), orang tua Raymundus yang menginspirasi itu juga menolak pemberian uang dari anak-anaknya. Raymundus dan saudara-saudaranya malah masih diberi jatah bulanan.

Bacaan Lainnya

“Nggak mau (diajak tinggal bareng), kita kasihkan uang juga mereka menolak. Bahkan saya dengan adik-adik yang lain sampai saat ini masih dapat jatah dari Bapak dan Mama. Kalau jatah beras itu setiap bulan Mama kirim 50 kg dari hasil sawah. Kemudian dapat jatah uang kalau penjualan hasil kebun maupun hasil ternak kami selalu dijatahin,” tutur Raymundus.

Raymundus bermukim di Kota Kefamanu, Timor Tengah Utara, sementara orang tuanya hidup di rumah tua mereka di Desa Bijeli, Kecamatan Noemuti, Timor Tengah Utara. Kenapa orang tua Raymundus memilih hidup sederhana?

Raymundus menceritakan sedikit tentang sejarah keluarganya. Dia merupakan keluarga petani miskin nan sederhana di kampung. Orang tua Raymundus buta huruf karena tak pernah mengenyam pendidikan.

“Oleh kedua orang tua kami itu menanamkan ajaran hidup kepada kami bahwa yang pertama sekolah sampai sarjana karena tidak boleh sama seperti Bapak Mama yang buta huruf, kemudian menanamkan etos kerja yang tinggi, kerja sampai dengan tuntas, pekerjaan apapun,” katanya.

“Yang ketiga, orang tua saya mengajarkan makan dari keringat sendiri, tidak boleh mengharapkan atau menggantungkan kepada orang lain, apalagi mengambil yang bukan hak. Itu ditanamkan sejak kami masih kecil dalam hidup bersama di kampung. Kemudian kami 4 bersaudara ini bersekolah, 3 sarjana 1 orangnya tamat SMA,” imbuh Raymundus.

Raymundus adalah delapan bersaudara, 4 saudaranya yang lain sudah berpulang. Menjalankan pesan orang tuanya, Raymundus terbilang sukses karena terpilih sebagai anggota DPRD setempat periode 1999-2004 dan 2004-2009. Di periode keduanya, dia maju di Pilbup TTU sebagai wakil bupati dan menang. Kariernya terus menanjak hingga terpilih menjadi Bupati TTU 2010-2015 dan 2015-2021.

Dengan karier sedemikian rupa, Raymundus beberapa kali meminta orang tuanya rehat dari pekerjaan dan tinggal bersama di kota. Orang tua Raymundus menolak karena tak ingin mengganggu kerja anaknya.

“Pada saat saya di DPRD, saya menghendaki untuk mereka istirahat dari pekerjaan, mereka menolak, ‘bahwa kamu harus fokus kerja, tidak boleh terbebani dengan kehadiran kami’ dan itu kemudian setelah saya terpilih jadi Wabup, kemudian terpilih menjadi Bupati juga demikian. Menjemput, untuk kalau bisa tinggal dengan saya bersama-sama di rumah, mereka menolak. Jadi mereka tetap kembali ke aktivitas mereka sehari-hari, bertani, beternak,” sebut dia.

Kisah tentang kedua orang tua Raymundus ini sampai ke telinga pejabat di Ibu Kota. Pihak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada periode Juli lalu terbang langsung ke Timor Tengah Utara untuk menyaksikan realitas dari stori ini. Yakobus dan Margaretha pun bakal diganjar penghargaan atas dedikasinya dalam merawat anak hingga sukses.

“Intinya itu menjadi sumber inspirasi bagi orang tua yang lain bahwa dalam suasana yang sulit orang tua masih mendedikasikan diri untuk anak-anak, terutama mendorong anak-anak sekolah pendidikan sampai dengan sarjana,” kata Raymundus. (mb/detik)

Pos terkait