Cinta Nenek – Kakek Bersemi di Panti Sosial, Kini Hidup Bersama

Metrobatam.com, Banyuwangi – Ada banyak cerita di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial di Banyuwangi, Jawa Timur. Salah satunya kisah cinta nenek Ismawati dan kakek Sudjoko. Cinta keduanya bersemi dan berlanjut ke jenjang pernikahan.

Ismawati menjadi penghuni di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Lanjut Usia Banyuwangi pada Agustus 2015. Sedangkan kakek Sudjoko sudah lebih dulu tinggal di panti. Ismawati bercerita awal mulanya dia takut untuk tinggal di panti wredha.

“Saya ini janda tanpa anak, waktu itu pak camat ngajak saya ke panti. Katanya daripada saya kenapa-kenapa sendirian nanti nggak ada yang merawat. Akhirnya saya dibawa ke sini,” cerita Ismawati saat dijumpai di UPT Pelayanan Sosial Lansia Banyuwangi di Jl Jember, Krikilan, Banyuwangi, awal pekan ini.

Saat pertama kali tinggal di panti, Ismawati mengaku lega karena banyak bertemu dengan rekan-rekan sebaya dengannya. Saat bertemu dengan Sudjoko, dia tak langsung jatuh hati.

Bacaan Lainnya

“Dulu saya dan suami saya pernah berjanji kalau ditinggal meninggal nantinya salah satu tidak ada yang menikah. Ini saya kenal pak Djoko kok nggak sopan belum kenal suka mencubit,” ujar Ismawati kesal.

Ketika Djoko datang dan duduk di sebelahnya, Ismawati menceritakan perjalanan kisahnya. Rupanya hatinya luluh karena Djoko yang bertugas mengantar makanan ketika dirinya sakit sangat perhatian dan telaten merawatnya ketika sakit.

“Waktu sakit saya dibangunkan dan disuapi, lama-lama mikir orang ini serius. Saya diberitahu teman-teman orangnya baik, nggak main perempuan karena dia malah ditinggal sama isterinya. Orangnya juga saleh,” kisah wanita yang berdomisili di Kedung Sumur, Muncar ini tersipu malu.

Janda yang kehilangan suaminya ketika sedang naik haji di Mekkah ini pun mulai jatuh hati dengan Sudjoko. Mendapat respons baik Djoko pun segera untuk meminang Ismawati.

“Waktu itu dia bilang Awakmu gak duwe bojo, aku yo dudo (kamu tak punya suami, aku juga duda). Aku seneng mbek awakmu (Aku cinta padamu). Yowes dek (menikah). Ya itu akhirnya menikah sudah dua bulan ini,” ujarnya.

Keduanya akhirnya menikah pada Maret 2016, keduanya tak ingat kapan tanggal pernikahan mereka. Mereka ingat saat itu dipestakan oleh pihak panti dengan tumpengan dan difoto-foto. Wanita yang penglihatannya sudah menurun ini lebih semangat ketika menceritakan hal yang membuatnya kagum pada suaminya.

“Ayah ini orangnya tekun salatnya, rajin kalau dimintai tolong langsung bantu. Apalagi kalau diminta suruh tandur (menanam) cepet wes, nggak perlu tanya apa langsung dikerjakan,” puji Ismawati.

Saat duduk berdua itulah tatapan mesra Djoko selalu lekat mendengarkan isterinya bercerita. Apalagi ketika diminta untuk berpose agar lebih mesra, Ismawati malu-malu dan menolak ketika suaminya merangkul pundaknya.

Petugas panti, Irwan Suandi, punya cerita lucu tentang pasangan yang dimabuk cinta ini. Irwan menuturkan bila keduanya sudah merusakkan dua dipan milik panti.

“Itu sehabis manten baru, habis dua dipan kayu. Pertama kali saya yang betulkan, terus kejadian lagi akhirnya saya ganti dengan dipan besi sekarang,” ujarnya menggoda kedua pasangan itu.

Ismawati membantah merusakkan 2 dipan milik panti. Menurutnya memang kondisi dipannya yang sudah rusak. “Enggak kalau saya merusakkan, memang kondisinya yang sudah jelek. Kasurnya juga banyak tingginya (kutu),” tukas Ismawati.

Djoko juga mengelak merusakkan dipan itu. Ketika ditanya mengenai usianya, dia tidak tahu. “Kayaknya saya itu kalau nggak salah kelahiran 1986. Saya lupa tapi kayaknya tahun itu wes,” ujar Djoko yakin.

Irwan berseloroh jarak usia mereka tak terpaut jauh. “Kalau gitu saya cuma selisih satu tahun ya dibanding sampeyan (anda). Tapi kalau dilihat lagi wajahnya tua sampeyan dibanding saya,” gurau Irwan yang disambut tawa keduanya.

Sudjoko dikenal telaten merawat isterinya saat sakit bak kisah Habibie dan Ainun. Mengetahui isterinya sudah tak terlalu lincah, dia kerap mengalah membersihkan dan mengepel lantai kamarnya.

“Bapaknya itu rajin mbak, karena isterinya sudah nggak terlalu melihat. Apa-apa yang yang disuruh suaminya tapi ya orangnya memang rajin. Di sini kan memang kalau masih produktif untuk kamar diminta membersihkan sendiri seperti nyapu dan ngepel,” puji Irwan.

Mungkin ini yang disebut Habibie sebagai, “Tak perlu seseorang yang sempurna, cukup temukan orang yang selalu membuatmu bahagia dan membuatmu berarti lebih dari siapapun”. Kisah keduanya membuktikan usia tak jadi kendala untuk menemukan pasangan. (mb/detik)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *