Di Tanwir Muhammadiyah, Jokowi Singgung Jan Ethes hingga PKI

Metrobatam, Bengkulu – Presiden Joko Widodo (Jokowi) memukul beduk sebagai tanda resmi membuka Tanwir Muhammadiyah, Jumat (15/2). Dalam kesempatan itu, Jokowi mengungkapkan ‘kedekatannya’ dengan Muhammadiyah.

Jokowi menyampaikan sejumlah pengalamannya ketika mengunjungi institusi-institusi Muhammadiyah baik di Jakarta, Yogyakarta, Jawa timur, Jawab Barat. Jokowi mengaku telah mengunjungi sekolah, pesantren, perguruan tinggi, hingga rumah sakit milik Muhammadiyah di sana.

“Supaya juga bapak ibu ketahui, Jan Ethes (cucu Jokowi), lahir di rumah sakit Muhammadiyah Solo, mungkin ada yg belum tahu,” kata Jokowi.

Jokowi mengatakan, rakyat Indonesia sangat berterima kasih kepada Muhammadiyah yang berjuang untuk kemerdekaan negara. Capres petahana itu mengatakan Muhammadiyah telah hadir mengukuhkan Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika.

Bacaan Lainnya

“Rakyat Indonesia berterima kasih pada amal usaha Muhammadiyah,” kata Jokowi.

Dalam kesempatan tersebut, Jokowi tak luput kembali menjawab soal PKI yang menurutnya seolah belum tuntas. Di Tanwir Muhammadiyah ini Jokowi menjawab semua tudingan tersebut.

“Saya mulai dulu dengan antek asing,” Jokowi memulai klarifikasinya.

Kata dia, sejak empat tahun lalu banyak disampaikan bahwa dirinya antek asing. Hal itu ia bantah dengan langkah pemerintah mengambil alih sejumlah aset dari pihak asing. Mulai dari blok Mahakam, Chevron hingga Freeport.

“Sangat tidak mudah mengambil alih seperti ini. Kalau mudah, sudah dari dulu diambil alih,” ujarnya.

Terkait isu PKI, seperti klarifikasi-klarifikasi sebelumnya, Jokowi menjelaskan ihwal tahun kelahirannya, 1961.

“PKI dibubarkan tahun 65-66. Umur saya masih 4 tahun. Kalau ada yang menuduh Presiden Jokowi itu PKI, berarti dulu ada PKI balita,” ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut Jokowi juga menjawab soal tuduhan kriminalisasi yang dialamatkan kepadanya. Jokowi menegaskan, semua orang semuanya sama di hadapan hukum.

“Kalau ada gubernur, menteri, bupati, insinyur, dokter bermasalah di depan hukum, pasti aparat hukum akan menindaklanjuti. Yang namanya kriminalisasi kalau tidak bersalah di sel itu baru kriminalisasi,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu Jokowi juga menceritakan kisah perjuangan Indonesia membangun jalan bebas hambatan (tol). Menurutnya, pembangunan jalan tol pertama di Indonesia, Jagorawi, pada masa Orde Baru. Jalan tol itu mulai dibangun pada 1973 lalu diresmikan Presiden kedua RI, Soeharto, pada 9 Maret 1978.

“Kilas balik pada tahun 1978 saat kita membangun Tol Jagorawi, Jakarta menuju Bogor dan Ciawi, banyak negara datang kepada kita melihat bagaimana pembangunan tol Jagorawi, manajemen, konstruksi dan pengelolaan Jagorawi. Mereka melihat semua karena kita salah satu yang duluan membangun jalan tol,” ujar Jokowi dalam Tanwir Muhammadiyah, Bengkulu, Jumat (15/1).

Namun, sambungnya, setelah 40 tahun negara-negara yang tadinya melihat dan mencontoh Indonesia dalam pembangunan jalan tol, ternyata telah jauh lebih unggul dalam hal pembangunan infrastruktur.

“Setelah 40 tahun, negara yang tadinya melihat kita banyak yang sudah jauh meninggalkan kita dalam pembangunan infrastruktur ini. Selama 40 tahun kita telah membangun 780 kilometer jalan tol. Malaysia yang dulu melihat kita telah membangun kurang lebih 3.800 kilometer jalan tol, Tiongkok, China telah membangun 280.000 kilometer jalan tol.”

Atas dasar itu, Jokowi pun menyindir kebiasaan buruk negara ini sebelumnya yakni kerap muncul dengan gagasan dan terobosan yang dipuji dan dicontoh dunia. Namun, tak dilanjutkan sehingga akhirnya tertinggal.

“Kita sering memiliki ide dan gagasan, dan kita seirng memulai yang pertama, tapi tindak lanjutnya selalu terseok-seok,” kata dia.

Oleh karena itu, Jokowi pun membuka sambutannya dalam Tanwir Muhammadiyah itu dengan apa yang telah dicapai dan diperbuat pemerintahan di bawah kepemimpinannya selama 4,5 tahun.

“Selama 4,5 tahun ini fokus pada infrastruktur,” katanya. (mb/cnn indonesia)

Pos terkait