Ibu Kota Pindah, Pertamina Siap Bangun Infrastruktur Tambahan

Metrobatam, Jakarta – PT Pertamina (Persero) siap membangun infrastruktur pelengkap di Kalimantan Tengah jika nanti ibu kota Indonesia jadi pindah ke Palangkaraya. Infrastruktur diperlukan demi mengantisipasi kenaikan permintaan yang mungkin terjadi kedepannya di sana.

Direktur Pemasaran Pertamina Mochamad Iskandar mengatakan, pada dasarnya Pertamina siap menyalurkan kebutuhan BBM di Palangkaraya. Saat ini, Pertamina memiliki tiga terminal BBM di Kalimantan Tengah, yaitu Sampit, Pulang Pisau, dan Pangkalan Bun. Bahkan, kapasitasnya pun terbilang besar.

Kendati demikian, Pertamina mengaku masih harus membangun pipa-pipa penyalur dari terminal BBM ke Palangkaraya. Pasalnya, lokasi Palangkaraya yang jauh dari laut membuat kapal tanker pengangkut BBM susah menjangkau kota tersebut.

“Pengembangan ke depan, untuk terminal BBM yang dekat laut seperti Sampit harus diperbesar agar kapal tanker bisa masuk. Kalau betul-betul (Palangkaraya) jadi ibu kota, kami akan fokus pipanisasi dari Sampit ke Palangkaraya, karena kan kapal tanker tidak mungkin lewat sungai,” kata Iskandar, Rabu (12/7).

Bacaan Lainnya

Selain pipa, Pertamina juga bisa saja membangun terminal BBM dan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) baru jika pertumbuhannya mumpuni. Sejauh ini, menurut dia, pertumbuhan konsumsi BBM di Kalimantan sangat pesat dengan rata-rata mencapai 10 persen per tahun.

Menurut data Perseroan hingga akhir tahun 2016, konsumsi rata-rata harian Premium di Kalimantan tercatat 4.232 kiloliter (kl) per hari. Sementara itu, konsumsi Solar tercatat 2.559 kl per hari. Adapun, penggunaan Pertamax dan Pertalite masing-masing tercatat 529 kl per hari dan 1.570 kl per hari.

“Kondisi ini berbeda dengan Jawa, di mana jumlah konsumsinya besar namun pertumbuhannya stagnan. Permintaan di Kalimantan besar karena ekonominya juga menggeliat dengan ada pertambangan,” tutur Iskandar.

Meski demikian, Pertamina meramal pertumbuhan konsumsi tak akan langsung melonjak tajam begitu ibu kota dipindah ke Palangkaraya. Alasannya, pergerakan penduduk pasca pemindahan ibu kota tak berlangsung secara dadakan. Jika ibu kota jadi bergeser ke Palangkaraya, maka pembangunan infrastruktur ini akan dilakukan secara bertahap.

“Kami tentu mengembangkan infrastruktur yang ada dulu, toh peningkatan (konsumsi BBM) tidak mungkin mendadak besar. Tapi tentu saja, infrastruktur tambahan diperlukan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan,” pungkas Iskandar.

Sebelumnya, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) Bambang Brodjonegoro mengatakan, ada beberapa kota kandidat yang berpotensi menjadi ibu kota baru. Dia mengakui salah satu kandidat ibu kota baru adalah Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Terkait dengan munculnya nama Palangkaraya, sebagai kandidat ibu kota baru, karena hal tersebut juga pernah digagas oleh Presiden pertama Indonesia, Soekarno.

Bambang mengatakan saat ini tim Bappenas sedang menganalisis kriteria wilayah, kemudian kesiapan dan ketersediaan lahan, hingga sumber pendanaan untuk pembangunan ibu kota baru. Adapun, pemindahan ibu kota ini membutuhkan waktu lima tahun lamanya. (mb/cnn indonesia)

Pos terkait