Ingin Ketemu, Amien Sebut Jokowi Otoriter dan Lebih Militer dari Prabowo

Metrobatam, Jakarta – Meski dirinya mengaku ingin ketemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi), Amien menilai Jokowi sebagai tokoh sipil berwatak otoriter. Sedangkan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto adalah sosok militer yang baik.

“Sipil Mas Jokowi ini, tapi pikirannya otoriter,” kata Amien saat ditemui di kediamannya, Jakarta, Kamis (19/4).

Pernyataan itu menjawab pertanyaan terkait posisinya sebagai tokoh reformasi ’98 yang dekat dengan Prabowo dibandingkan tokoh sipil seperti Jokowi. Prabowo merupakan tokoh militer dan pernah menjadi bagian Keluarga Cendana.

Amien menyebut indikasi Jokowi otoriter dinilai dari wacana calon tunggal pada pilpres 2019. “Ini bahaya, destruksi demokrasi. Kalau sampai betul-betul terjadi, sudah, innalillahi. Oposisi dibungkam, diberangus, itu berat. Sosok sipil justru lebih militer,” tuturnya.

Bacaan Lainnya

Sebaliknya, Amien menilai Prabowo yang merupakan mantan Komandan Jenderal Korps Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD, adalah figur yang lebih fair. Hal ini ditunjukan Prabowo usai kalah dari Jokowi pada pilpres 2014.

“Lihat orang militer lebih sipil. Seperti [eks Presiden Prancis Charles] de Gaulle, [mantan Presiden AS Dwight] Eisenhower. Kurang militer apa [muasalnya]. Prabowo itu tidak lantas ‘ganyang’. Itu enggak ada. Insyaallah. Dia itu fair. Kalah, ya sudah. Jabat tangan, saling undang,” tuturnya.

Namun demikian, pihaknya masih menghitung kecukupan syarat dukungan bagi Prabowo untuk mencalonkan diri sebagai presiden pada pemilu 2019.

“To be very honest, saya lihat petanya, kasih masukan. Siapa tahu nanti chemistry capres bisa merebut hati rakyat,” ujarnya.

Untuk posisi cawapres, Amien mengatakan pihaknya sudah berbincang dengan Prabowo tentang sejumlah nama potensial. Di antaranya, mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur NTB Muhammad Zainul Majdi alias Tuan Guru Bajang, hingga Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan.

Nama-nama bakal capres-cawapres ini, menurutnya akan dibahas dalam Rapat Kerja Nasional (Rakrenas) PAN pada pertengahan Mei 2018. “(Nama-nama kandidat) ini masih dimasak. Mudah-mudahan dalam dua-tiga minggu ini sudah fix,” tandas dia.

Ingin Bertemu Jokowi

Ketua Majelis Kehormatan PAN Amien Rais mengaku tetap ingin membuka komunikasi dengan Jokowi meskipun selama ini kerap mengkritik kebijakan pemerintah. Ia yakin pertemuan dengan Jokowi bisa mencairkan situasi.

“Di dalam ilmu politik (yang) benar, tokoh-tokoh enggak boleh tidak ada komunikasi, penting sekali. Bahwa nanti ada komitmen atau tidak, saya perlu open communication,” ucapnya, saat ditanya soal keinginannya untuk berkomunikasi dengan Jokowi, di Jakarta, Kamis (19/4).

Amien mengaku sempat beberapa kali hampir bertemu Jokowi. Namun pertemuan dengan mediator sejumlah tokoh itu belum ada yang membuahkan hasil. Tokoh pertama, yang enggan ia sebut identitasnya, pernah bertemu dengan Amien sebanyak tiga kali untuk mengatur pertemuan dengan Jokowi.

Selain itu, ia menyebut Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan pernah mengatur pertemuannya dengan Jokowi di sekolah dan di rumahnya, Yogyakarta. “Sama sekali belum pernah (berjumpa dengan Jokowi). Agak aneh, kenapa belum?” aku dia.

Padahal, kata Amien, dirinya juga orang Jawa yang memahami kebudayaan Jawa secara mendalam, seperti tutur kata halus, dunia pewayangan, hingga dagelan. “Begitu ketemu Jokowi pasti cair. Saya juga orang Jawa,” ujar mantan Ketua PP Muhammadiyah ini.

Amien juga membuka pintu untuk berkomunikasi dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Terlebih, ia sudah lama tidak berkomunikasi dengan Mega sejak dirinya tak lagi menjabat Ketua MPR dan Mega turun dari kursi kepresidenan.

“Why not,” jawabnya, saat ditanya soal kemungkinan berkomunikasi dengan Mega.

“Belum ada yang mengajukan juga. Masa saya cari-cari. Saya sudah 74 tahun juga, hampir sunset. Kalau ada ide bagus ya why not, saya respons,” imbuhnya.

Menurut Amien, kegiatannya di hari tua memang banyak diisi untuk mengkritik kebijakan pemerintah. Kritik itu diakuinya sudah dilontarkan kepada pemerintah sejak era Soeharto. Menurutnya, itu merupakan pelaksanaan dari ajaran kitab suci Alquran dan demi perubahan.

“Pharaoh [Fir’aun] sudah otoriter, tidak ada yang mengatakan ‘tidak’. Ini Musa muncul dan mengatakan ‘tidak’. Ini menjadi bekal perubahan itu. Sesimpel itu. Saya sudah 74 tahun, tidak ingin apa-apa lagi. Saya ingin akhirat,” tuturnya, yang juga menjabat Ketua Dewan Penasihat Persaudaraan Alumni 212 itu.

Terlepas dari itu, Amien mengaku tak semua kebijakan Jokowi layak dikritik. Ia sepakat dengan fokus pemerintah untuk membangun infrastruktur. Baginya, sektor tersebut adalah urat nadi pertumbuhan negara.

Hanya saja, ia menilai Jokowi terlalu berambisi dalam sektor ini. Efeknya, banyak infrastruktur yang ambruk dan ada dugaan korupsi.

“Yang sudah berhasil enggak saya kritik. Saya setuju infrastruktur itu betul, cuma overambitious. Saya bukan ekonom, tapi tahu untuk membangun itu butuh infrastruktur. Ini urat nadi ekonomi,” terangnya. (mb/cnn indonesia)

Pos terkait