Ini Daftar Baru Pahlawan Nasional, Kiai NU Hingga Jurnalis Wanita

Metrobatam, Jakarta – Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada enam tokoh baru. Jokowi menyematkan gelar tersebut karena menganggap mereka berjasa dalam perjuangan merebut dan mengisi kemerdekaan.

Gelar pahlawan diserahkan secara simbolik kepada para ahli warisnya di Istana Negara, Jakarta, Jumat (8/11).

Pemberian gelar pahlawan sesuai dengan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan.

Jokowi mengawali prosesi penganugerahan gelar pahlawan dengan mengajak para tamu undangan untuk mengheningkan cipta.

Bacaan Lainnya

Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 120 TK 2019, yang ditandatangani 7 November 2019, Jokowi menetapkan almarhumah Ruhana Kuddus, almarhum Himayatuddin Muhammad Saidi, almarhum Prof M Sardjito, almarhum Abdul Kahar Muzakir, almarhum Alexander Andries (AA) Maramis, dan almarhum KH Masykur sebagai pahlawan nasional.

Setelah itu Jokowi menyerahkan sebuah pelakat kepada masing-masing ahli waris dari enam tokoh yang ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Selepas itu Menteri Agama Fachrul Razi menutup acara pemberian gelar pahlawan ini dengan membacakan doa.

Dihimpun dari berbagai sumber, berikut kiprah enam pahlawan nasional yang baru ditetapkan pada tahun ini:

1. Ruhana Kuddus

Ruhana Kuddus tokoh dari Sumatera Barat adalah wartawan perempuan Indonesia. Ruhana yang lahir di Koto Gadang, Kabupaten Agam itu memiliki kegemaran menulis. Dulu tulisannya kerap diterbitkan sejumlah surat kabar seperti Saudara Hindia, Perempuan Bergerak, Radio, Cahaya Sumatera, Suara Koto Gadang, Mojopahit, Guntur Bergerak, dan Fajar Asia.

Pada 1911, Ruhana mendirikan sekolah Kerajinan Amai Setia (KAS) di Koto Gadang. Ia juga aktif menulis di surat kabar perempuan, Poetri Hindia sejak 1908 dan Oetoesan Melajoe.

Roehana juga mendirikan sebuah surat kabar yakni Sunting Melayu yang yang tercatat sebagai salah satu surat kabar berisikan sumber daya manusia (SDM) perempuan sepenuhnya di Indonesia.

Sang jurnalis perempuan itu juga dikenal memiliki kedekatan dengan tokoh kemerdekaan lain Indonesia. Ia adalah adik tiri dari Sutan Sjahrir, sepupu dari Haji Agus Salim, juga dikenal sebagai bibi dari penyair Chairil Anwar.

2. Sultan Himayatuddin

Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi tokoh dari Sulawesi Tenggara. Ia merupakan pejuang gerilyawan yang menentang penjajahan Belanda di wilayah Kesultanan Buton.

Semasa berkuasa, Sultan Buton ke-20 (1752-1755) dan ke-23 (1760-1763), Himayatuddin menghabiskan waktunya untuk menentang dan melawan kekuasaan pemerintah Belanda.

Kesuksesannya mengusir kaum penjajah membuat pihak Kesultanan Buton menobatkan dirinya sebagai `Oputa Yi Koo`. Dalam bahasa masyarakat setempat, gelar tersebut bemakna raja atau penguasa yang bergerliya melawan penjajah di dalam hutan.

Daftar Baru Pahlawan Nasional, Kiai NU hingga Jurnalis WanitaFOto Sultan HImayatuddin Muhammad Saidi dan Ruhana Kudus dipajang di Istana Negara, Jakarta. (CNN Indonesia/Feri Agus Setyawan)

3. Sardjito

Prof M Sardjito tokoh dari Yogyakarta adalah Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM). Jebolan STOVIA ini yang juga aktif dalam pergerakan Boedi Oetomo ini dikenal sebagai rektor UGM pertama. Namanya lantas diabadikan sebagai nama rumah sakit di Yogyakarta, Rumah Sakit Umum Dr Sardjito.

4. Abdul Kahar Muzakir

Abdul Kahar Muzakir tokoh dari Yogyakarta merupakan anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Kahar juga merupakan rektor Universitas Islam Indonesia (UII) pertama.

5. AA Maramis

Alexander Andries (AA) Maramis tokoh dari Sulawesi Utara juga merupakan anggota BPUPKI dan Komite Nasional Indonesia Pusat. Maramis pernah menjabat menteri keuangan dan menteri luar negeri. Tanda tangan Maramis terdapat di Oeang Republik Indonesia, -mata uang sebesar rupiah.

6. KH Masykur

KH Masykur tokoh dari Jawa Timur, juga anggota BPUPKI. Kiai Masykur aktif sebagai pejuang kemerdekaan. Ia tokoh Nahdlatul Ulama (NU). Ia berjuang lewat laskar santri Hizbullah. Setelahnya, Kiai Masykur menjadi laskar Kiai Sabilillah. Ia juga pernah menjabat sebagai menteri Agama. (mb/cnn indonesia)

Pos terkait