Isak Tangis Warnai Evakuasi 13 Guru di Kampung Aroanop Papua

Metrobatam, Jakarta – Proses evakuasi 13 guru dari Kampung Aroanop, Distrik Tembagapura, Mimika, Papua, Kamis, pukul 09.05 WIT, diwarnai oleh isak tangis para tenaga pengajar itu.

Evakuasi 13 guru dilakukan oleh pasukan TNI AD yang tergabung dalam Satuan Tugas Terpadu Penanganan Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata.

Sebanyak 13 guru yang terdiri atas tujuh guru perempuan dan enam laki-laki tersebut dievakuasi dengan menggunakan dua helikopter milik TNI AD di bawah pimpinan Dansatgas Terpadu Penanganan KKSB, Kolonel Infanteri Frits Pelamonia.

“Ada sebanyak total 18 guru yang terdiri dari sembilan guru SD Negeri Aroanop dan sembilan guru dari SD Negeri Jagamin. Lima guru lain belum dapat kami evakuasi hari ini karena terkendala cuaca,” kata Frits.

Bacaan Lainnya

Para guru yang bertugas di dua kampung tersebut terdiri atas guru ASN, guru kontrak kabupaten dan guru dari KPG Universitas Cinderawasih yang melakukan praktik mengajar di tempat itu.

Saat tiba di area helipad Penerbad AD di Timika, Kompleks Bandara Mozes Kilangin Timika, para guru langsung dijemput oleh masing-masing kepala sekolahnya dan satu pegawai utusan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Mimika.

Laporan Antara, isak tangis para guru pecah ketika turun dari helikopter. Para guru langsung berpelukan bahkan ada yang sempat pingsan, namun segera digotong ke mobil yang telah disediakan. Mereka kemudian diantar ke rumah masing-masing oleh para kepala sekolahnya.

Kepala SD Negeri Aroanop Philipus Lefteuw ketika diwawancara wartawan mengaku terpukul dengan peristiwa yang dialami para gurunya tersebut.

Ia mengaku sempat berkomunikasi dengan para gurunya melalui sambungan telepon seluler pada Kamis (12/4) dan berencana menghubungi Kepala Kampung Aroanop pada Jumat (13/4) terkait dengan rencana evakuasi guru ke Timika jika situasi keamanan tidak memungkinkan.

Ia juga mendapat kabar bahwa pada Jumat (13/4), para guru yang berada di Aroanop mendapat tindakan kekerasan dari KKSB yang diduga melarikan diri dari Kampung Banti setelah dilakukan operasi pengejaran oleh TNI.

“Dan hari Jumat (13/4) pagi tidak ada informasi dan pada malam harinya kepala kampung telepon dan katakan bahwa Aroanop hancur. Saya tanya ‘hancur apanya?’ dia bilang orang-orang dari luar mereka serang guru-guru di Kampung Omponi dan keterangannya ada guru yang korban,” tutur Philipus.

Ia menyesalkan peristiwa tersebut, terlebih karena membuat para guru yang mengajar di tempat itu terancam keselamatannya sehingga harus dievakuasi.

“Yang saya sangat menyesal kenapa bisa terjadi padahal kami bertahun-tahun di sana tidak pernah terjadi,” ucap Philipus.

Kesaksian Guru yang Disandera

Rano Samsul Bahri, adalah seorang guru kontrak yang ditugaskan di kampung Aroanop, Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua. Pada Jumat 13 April 2018, sekira pukul 15.00 WIT, ia bersama rekan guru lainnya mendadak didatangi anggota kelompok kriminal separatis bersenjata (KKSB).

Menurut penuturan Samsul kepada awak media usai dirinya bersama 12 rekan guru lainnya di evakuasi pasukan TNI dari kampung Aroanop menuju kota Timika, kejadian yang dialaminya sangat menyayat hati. Bagaimana tidak, secara tiba-tiba mereka didatangi anggota KKSB kemudian diperlakukan secara kasar.

“Secara mendadak, kami juga tidak tahu kalau mereka (KKSB) mau datang. Kejadian hari Jumat, jam tiga sore. Kejadian tersebut berlangsung sangat cepat, sangat kilat sekali kedatangan mereka, datang dan pergi sangat cepat,” tutur Samsul, Kamis (19/4).

Setelah didatangi KKSB, Samsul bersama rekan guru lainnya langsung disandera. Guru laki-laki dan perempuan dipisahkan. Laki-laki ditodong dengan senjata api, sementara perempuan mendapat perlakuan kekerasan.

“Mereka menyadera kita sekitar 45 menit. Dengan kedatangan mereka, tidak tahu apa tujuan mereka. Kami ditodong pakai… seperti yang bapak-bapak sudah dengar. Kami ditodong pakai senjata api, terus yang laki-laki dipisahkan dari perempuan, yang laki-laki ditodong, senjatanya di kepala. Yang perempuan dipukul, ditendang,” tutur Samsul sambil menangis dan menundukkan kepala, ia tersendat seakan tidak dapat melanjutkan cerita.

Setelah menghapus air mata, Samsul melanjutkan ceritanya. Selain mendapat perlakuan kekerasan dari KKSB, sejumlah barang-barang milik para guru juga ikut rampok dan dibawa pergi oleh KKSB.

“Berselang 45 menit ke depan, mereka kabur membawa hasil rampokan mereka berupa 10 buah HP, empat buah laptop dan sebagian bama (bahan makanan). Bahkan kita punya pakaian juga diambil semua,” ungkapnya.

Ditanya mengenai jumlah anggota KKSB yang mendatangi mereka dan melakukan tindakan kekerasan juga perampokan, kata Samsul, ada sekitar 20an orang.

“Sekitar 20 orang lebih, semuanya menggunakan senjata api. Ada yang menggunakan senjata api, terus parang juga, sangkur, pisau. Jadi kita tidak berdaya. Tidak bisa berbuat apa-apa ,hampir semuanya pegang senjata api,” katanya.

Atas kejadian ini, sebagai guru yang mengabdi untuk mencerdaskan anak bangsa, terutama di wilayah pedalaman Mimika, tidak menyurutkan sedikitpun niat dan semangat Samsul beserta rekan-rekannya untuk terus mengajar murid-muridnya jika kelak situasi di kampung Aroanop sudah steril dari gangguan KKSB.

“Sebenarnya kita, tidak menyurutkan kita punya semangat. Justru kita kembali ke kota sini kita sedih karena anak-anak yang kita tinggalkan disana. Tinggal beberapa minggu kita bertahan untuk mereka, padahal kejadiannya sudah seperti ini. Kita bertahan, kita pikir dua minggu kedepan selesai ujian kita mau turun, padahal…,” ujar Samsul bersedih, seraya mengatakan tidak sanggup lagi untuk bercerita lebih banyak. (mb/cnn indonesia/okezone)

Pos terkait