JK Soal Bom Bunuh Diri: Masuk Surga Tidak Mungkin Semudah Itu

Metrobatam, Jakarta – Wakil Presiden Jusuf Kalla menyebut adanya kesalahan pola pikir para pelaku teror. JK menyebut para pelaku bom bunuh diri salah kaprah karena menganggap aksi teror bisa mempermudah jalan ke surga.

“Kenapa ada orang mau bunuh diri? karena pikirannya itu bukan uang, pikirannya itu bukan jabatan, pikirannya itu surga. Saya ingin meyakinkan bahwa masuk surga tidak mungkin diperoleh semudah itu. Membunuh orang tidak bersalah (dianggap) langsung masuk surga, pasti ujungnya masuk neraka yang seperti itu. Karena itu lah balasannya pasti lah Allah SWT pasti memberikan hukuman yang setimpal daripada apa yang dilakukannya,” kata JK berbicara dalam Global Forum Asian Games di Hotel Atlet Century, Senayan, Jakarta, Selasa (15/5).

JK juga menyoroti pola teror yang kini melibatkan satu keluarga termasuk anak-anak. Pelibatan anak-anak ini menurut JK dilakukan dengan cara mencuci otak.

“Kita tentunya sangat menyayangkan karena anak-anak dilibatkan. Jadi bagaimana hebatnya cuci otaknya dilaksanakan, itu yang merusak seluruh bangsa ini,” sambungnya.

Bacaan Lainnya

Teror di Surabaya dilakukan satu keluarga. Pengeboman tiga gereja di Surabaya dilakukan Dita Oepriarto (ayah), Puji Kuswati (Ibu) dan empat anaknya YF, FH, FS dan P. Mereka bergabung dalam jaringan JAD.

Kedua, keluarga di Rusun Wonocolo, Sidoarjo. Anton F ditembak mati karena mengancam meledakkan bom. Dalam kasus ledakan bom rakitan pada Minggu (13/5), istri Anton, Puspita Sari dan anak pertama Anton, LAR tewas.

Anak Anton lainnya FP dan GHA dirawat karena terluka akibat ledakan bom rakitan. Satu anak Anton lainnya, AR yang mengantarkan FP dan GHA ke rumah sakit.

Ketiga, terlibatnya satu keluarga dalam bom bunuh diri di Mapolrestabes Surabaya. Polisi menyebut mereka yang terlibat bom yakni Tri Murtiono, Tri Ernawati dan ketiga anak mereka. Anak bungsu pasangan Murtiono-Ernawati, Ais, selamat.

Tak Disabuki Bom

Anak perempuan bomber Polrestabes Surabaya Ais berhasil selamat dari ledakan. Dia sempat berjalan tergopoh-gopoh setelah orang tuanya meledakkan diri. Anak tersebut selamat karena tidak disabuki bom.

“Anak perempuan itu tidak ada (disabuki) bom. Kalau ada (bom), Kasat Narkoba saya sudah mati,” ujar Kapolda Jatim Irjen Machfud, Irjen Machfud Arifin, dalam jumpa pers di Markas Polda Jawa Timur, Jl Frontage Ahmad Yani, Surabaya, Selasa (15/5).

Saat kejadian, anak perempuan tersebut langsung dibopong oleh Kasat Narkoba Polrestabes Surabaya AKBP Roni Faisal Saiful Faton. Roni memang mengamati lokasi bom meledak. Saat itu seorang anak perempuan terlihat bergerak-gerak di dekat motor depan. Dia dalam keadaan antara tertindih dan tersangkut di salah satu bagian motor.

Ada tangisan dan teriakan minta tolong dari anak perempuan itu. Namun polisi lain tak berani mendekat karena mungkin takut masih ada bom di lokasi. Polisi lain hanya berteriak kepada anak itu agar berdiri.

Saat anak itu berdiri, belum ada yang peduli kepadanya untuk beberapa saat. Tanpa berpikir panjang, Roni, yang ada di dekat lokasi, langsung berlari dan menggendongnya.

“Saat saya gendong, dia berhenti menangis. Dia nggak ngomong apa-apa,” kata Roni.

Leawati Masa Krisis

Anggota polisi yang menghadang dua motor bomber di pintu masuk Polrestabes Surabaya, Bripka Rendra diketahui mengalami luka yang cukup serius daripada yang lainnya. Namun, tadi malam Rendra telah menjalani tindakan operasi dan berhasil melewati masa kritisnya.

“Alhamdulillah masa kritis sudah lewat dan sudah berangsur pulih. Memang dia kondisinya yang paling berat, karena anggota itu yang menahan dua motor,” ujar Kabid Humas Polda Jatim Frans Barung Mangera saat konferensi pers di Gedung Tribrata Mapolda Jatim Jalan Ahmad Yani Surabaya, Selasa (15/5).

Saat ini, tambah Barung, Bripka Rendra telah dipindahkan ke ruang perawatan di RS Bhayangkara. “Sekarang sudah dipindah di ruang perawatan,” kata Barung.

Sementara itu untuk korban luka lainnya, Barung mengatakan kondisinya beragam. Dalam bahasa kepolisian, Barung mengatakan ada yang terluka sedang, ada yang terluka ringan, hingga terluka berat.

“Tapi yang berat ya Rendra itu karena dia yang menghadang dua motor untuk masuk,” tambahnya.

Diberitakan sebelumnya, akibat bom di Mapolrestabes Surabaya mengakibatkan empat polisi dan enam warga mengalami luka-luka. Pelaku berjumlah lima orang yang terdiri atas ayah yakni Tri Murtiono (50), ibu Tri Ernawati (43) dan ketiga anak mereka. Dari KK yang ditemukan polisi, pelaku tertulis beralamatkan di Ngagel Rejo, Surabaya.

Keempat pelaku yakni ayah, ibu dan dua orang anak laki-laki meninggal di lokasi saat bom bunuh diri meledak di Polrestabes Surabaya. Sementara anak bungsu mereka, Ais diketahui tubuhnya sempat terpental namun tidak sampai meninggal dunia. (mb/detik)

Pos terkait