Jokowi-Wakil PM Malaysia Bahas TKI hingga Terorisme

Metrobatam, Bogor – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menerima kunjungan Wakil Perdana Menteri (PM) Malaysia Wan Azizah Wan Ismail di Istana Bogor. Dalam pertemuan itu, keduanya membahas terkait pendidikan untuk anak-anak TKI hingga terorisme.

Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi mengatakan kunjungan perdana Wan Azizah ke Indonesia setelah dilantik merupakan langkah untuk membuka komunikasi dengan pemerintah Indonesia. Tujuannya untuk memudahkan penyelesaian masalah bila terjadi ke depannya.

“Nah, di dalam perbincangan tadi intinya adalah sebagai negara paling dekat, tetangga dekat, serumpun, maka pemimpin Indonesia dan Malaysia sepakat mengintensifkan komunikasi di antara para pemimpin kedua negara. Sebab, dengan komunikasi yang baik, jika terjadi masalah, akan lebih mudah menyelesaikan masalah tersebut. Presiden menyampaikan lagi di setiap pertemuan dengan pemimpin Malaysia, Presiden selalu menitipkan warga negara Indonesia yang tinggal dan bekerja di Malaysia,” jelas Retno di Istana Bogor, Selasa (9/10/2018).

Salah satu hal penting yang dibahas dalam pertemuan Jokowi dengan Wan Azizah adalah soal pendidikan untuk anak-anak TKI di perbatasan. Pemerintah Indonesia meminta dibangun community learning center (CLC) di sejumlah wilayah perbatasan karena jumlah anak-anak TKI yang cukup banyak.

Bacaan Lainnya

“Kita juga bicara mengenai masalah pendidikan untuk anak-anak TKI kita yang ada di Malaysia. Untuk Sabah dan Sarawak, kita sudah memiliki community learning center (CLC), tetapi untuk semenanjung belum ada. Indonesia meminta agar CLC juga dapat dibentuk atau ada di semenanjung karena jumlah anak Indonesia yang tinggal di sana cukup banyak. Kemudian, Presiden meminta perhatian otoritas Malaysia untuk meningkatkan kerja sama di dalam menjaga keamanan dalam perairan laut di wilayah masing-masing,” kata Retno.

Sementara itu, terkait penanganan terorisme, baik Indonesia maupun Malaysia juga sepakat meningkatkan kerja sama melalui tukar informasi antar-intelijen. Kedua negara juga telah menandatangani perjanjian kerja sama dalam menumpas terorisme.

“Deputi PM juga menyampaikan beberapa hal. Pertama, pentingnya ditingkatkan kerja sama penanggulangan terorisme dengan cara tukar informasi intelijen dan kita juga menyampaikan sudah dan dalam konteks counter terorism ini kan juga ada kerja sama subregional untuk countering terorisme. Jadi sebenarnya sudah ada, tetapi kita akan tingkatkan untuk pertukaran informasi intelijen. Kemudian yang kedua yang disampaikan Deputi PM adalah masalah sawit dalam artian bahwa kedua negara mau tidak mau harus terus bekerja sama dalam rangka promosi sustainable sawit dan Presiden mengatakan iya dan kerja sama yang baik ini,” papar Retno. (mb/detik)

Pos terkait