Kementerian BUMN: Harga Avtur Sudah Turun Sejak November 2018

Metrobatam, Jakarta – Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) harga avtur di Indonesia sudah sangat kompetitif. Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno menjelaskan saat ini harga avtur di Indonesia sudah mengalami penurunan.

“Harga avtur sekarang posisinya terus turun sejak November 2018. Saya sampaikan, harga avtur di Indonesia khususnya di Bandara Soekarno Hatta sangat kompetitif. Kita hanya nomor tiga di Asia Tenggara,” kata Fajar di Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa (12/2).

Saat ditanyakan terkait pemanggilan Pertamina oleh Presiden Joko Widodo, Fajar menjelaskan pihak Kementerian tak mengetahui rencana pemanggilan tersebut. Namun terkait dengan sepinya pesawat itu karena adanya kenaikan harga tiket pesawat.

“Soal penumpang itu ada hubungannya dengan harga tiket. Kalau hubungan sepinya hotel, saya tidak tahu. Kejauhan sepertinya,” ujar dia.

Bacaan Lainnya

Sebelumnya, Pertamina diduga memonopoli harga avtur di Bandara Soekarno-Hatta. Kondisi itu merembet ke banyak persoalan, mulai dari kenaikan tarif tiket pesawat, penurunan jumlah penumpang maskapai penerbangan domestik, hingga anjloknya hunian hotel.

Dugaan tersebut, membuat perusahaan pelat merah itu akan dipanggil Presiden Jokowi “Karena harga avtur itu menyangkut 40% dari biaya yang ada di tiket pesawat. Besok (Selasa) saya panggil saja (Pertamina),” ungkap Jokowi, Senin malam di Hotel Sahid.

Sementara, Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani mengatakan penaikan harga tiket pesawat membuat okupasi hotel berbintang menurun hingga 40% pada awal tahun ini. “Pertamina tidak boleh memonopoli penjualan avtur. Harus ada perusahaan lain yang menjual avtur,” ujar Hariyadi.

Akibat avtur dimonopoli Pertamina, sambung Hariyadi, maskapai menaikkan harga tiket pesawat. Ia juga menyebut Garuda Indonesia dan Lion Air terindikasi melakukan praktik kartel dalam penetapan harga tiket.

“Praktik dari Garuda dan lain-lain ini sudah mengarah ke kartel, karena tinggal berdua. Ini yang menurut pandangan kami adalah persaingan yang tidak sehat,” pungkas Hariyadi. (mb/detik)

Pos terkait