Keseharian Ketua JAD Jatim Tertutup, Anak Tak Sekolah

Metrobatam, Malang – Syamsul Arifin alias Abu Umar (35) mengontrak rumah di Perum Banjararum blok BB, Singosari, Kabupaten Malang. Selama dua bulan mengontrak, kehidupan Abu Umar di lingkungan tersebut diketahui tertutup.

Abu Umar juga belum menyerahkan data identitas diri bersama keluarganya kepada RT setempat. Berulangkali diminta, Abu Umar selalu menghindar.

“Belum kasih data ke RT, selalu menghindar. Kehidupannya tertutup. Karena itu warga curiga,” ujar Neneng (45), warga yang tinggal satu blok dengan Abu Umar kepada detikcom, Rabu (16/5).

Selain kehidupan yang tertutup, putri Abu Umar yang tak bersekolah layaknya anak-anak pada umumnya juga mengundang pertanyaan warga sekitar.

Bacaan Lainnya

“Anaknya yang perempuan tak sekolah, karena selalu terlihat di rumah. Semua bagian rumah ditutup rapat dengan tirai. Saya saja mau kasih kue, ketika ada selamatan, mereka langsung masuk rumah dan mengunci pintu dari dalam,” kata Fatmawati, tetangga yang lain.

Pengakuan Mengejutkan

Ibu kandung Abu Umar, Patokah, mengaku sangat menyesali pilihan anaknya untuk menempuh ideologi kekerasan. Dia mengungkapkan pengakuan mengejutkan soal anaknya yang menjadi Ketua Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Jawa Timur itu.

Ketua JAD Jawa Timur itu bernama Abu Umar, pria yang dikenal Patokah sebagai Syamsul Arifin (Apin), karena memang begitulah nama aslinya. Patokah membesarkan Apin di Desa Jatinom, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar, kawasan yang didominasi muslim Muhammadiyah yang jauh dari paham kekerasan.

“Sudah dibilangin nggak usah ikut yang begitu itu tetap ngeyel. Sedih saya merasakan anak saya yang itu. Nggak seperti saudaranya yang lain,” kata Patokah pada detikcom, Rabu (16/5/2018) kemarin.

Mengejutkan! Bahkan sang ibunda tak kuasa membendung sikap anaknya. Bahkan Ketua JAD Jatim tidak dibesarkan di keluarga berideologi teror.

Keluarga Patokah adalah keluarga terpandang. Abu Umar alias Syamsul Arifin alias Apin dikenal tetangga-tetangganya di Blitar sebagai penjual buku.

Patokah ingat betul perubahan paham Apin, yakni sejak Apin kuliah di STI Al Muslihun Tlogo. Salah satu warga bernama Sujilah juga sering menerima keluh kesah Patokah soal Apin yang tak seperti dulu lagi, tak seperti saudara-saudaranya, dan tak seperti masyarakat di kampung halamannya.

“Desa ini memang mayoritas Muhammadiyah. Jadi penampilan Mas Apin sering jadi bahan gunjingan warga. Ibunya khawatir, Mas Apin semakin jauh melangkah. Dan sepertinya, yang dikhawatirkan ibunya jadi kenyataan sekarang,” kata Sujilah. Kini putranya sudah ditangkap oleh Densus 88 Antiteror. (mb/detik)

Pos terkait