Ketum MUI: ISIS Organisasi Teroris, Menyimpang dari Ajaran Islam

Metrobatam, Jakarta – Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma’ruf Amin mengatakan ISIS adalah organisasi teroris dan menyimpang dari ajaran Islam. Sejak tahun 2005 MUI telah mengeluarkan fatwa yang mengharamkan terorisme.

“ISIS itu sudah organisasi teroris, teror itu pada fatwa MUI teror itu haram. Sudah sejak tahun 2005 itu kita keluarkan fatwa bahwa teror itu haram,” ujar Ma’ruf saat berbincang dengan detikcom, Selasa (4/7).

Ma’ruf mengatakan, aksi teror akan menimbulkan ketakutan di masyarakat dan juga menelan korban jiwa yang tidak bersalah. “Fatawa MUI sudah jelas, sikap MUI itu (mengharamkan terorisme),” katanya.

Ma’ruf menilai ISIS telah menyimpang dari ajaran Islam. “Kalau dia merasa Islam dia sudah menyimpang dari ajaran,” imbuhnya.

Bacaan Lainnya

sebelumnya pada Selasa (4/6) kemarin seseorang tak dikenal memasang bendera menyerupai milik ISIS dan menyelipkan selebaran beisi teror di pagar Polsek Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Ma’ruf meminta aparat kepolisian segera menangkap pelaku.

“Pokoknya diburu saja, diselidiki sampai ketemu, masa nggak bisa ketemu. Itu kan memang supaya masyarakat takut, polisi takut,pokoknya masyarakat nggak usah takut dan

polisi jangan juga kecolongan. Dan Polisi harus bisa menemukan siapa itu yang masang itu,” tuturnya

Hancurnya Tembok Pertahanan ISIS

Pasukan koalisi Amerika Serikat berhasil menembus benteng pertahanan kelompok teroris ISIS di Raqqa, Suriah pada Selasa (4/7). Koalisi AS yang terdiri dari pasukan Syria Democratic Forces (SDF) berhasil menembus Raqqa dari bagian selatan wilayah itu dengan menghancurkan sebagian tembok bersejarah yang dikenal dengan nama Tembok Rafiqa.

Tembok Rafiqa membentang sepanjang 5 kilometer di pusat kota Raqqa dengan tinggi sekitar 3,8 meter dengan ketebalan 1 meter. Tembok bersejarah itu pertama kali dibangun sekitar abad ke-8 saat Dinasti Kekalifahan Abbasiyah berkuasa di bawah Abu Ja’far ‘Abdallah bin Muhammad al-Mansur.

Saat itu Mansur memerintahkan untuk membangun kota baru bernama Rafiqa, yang berarti pendamping, di samping Kota Raqqa.

Dia menugaskan putranya yang kemudian menjadi suksesornya, Al-Mahdi, untuk mengawasi pembangunan dinding yang terbuat dari batu bata lumpur tersebut. Kemudian, anak Mahdi, Harun al-Rasyid, melakukan renovasi tambahan pada tembok tersebut.

Dahulu, Tembok Rafiqa berfungsi sebagai kota garnisun di perbatasan Kekaisaran Bizantium untuk melindungi wilayah Abbasiyah. Tembok ini juga terletak di persimpangan jalur pertemuan Sungai Efrat dengan Sungai Khabur.

Semula, rencana pembangunan kota Rafiqa yang berbentuk seperti tapal kuda tertutup terinspirasi dari Kota Baghdad, Irak.

Tembok bersejarah ini menjadi saksi bisu pertempuran sengit pasukan koalisi AS yang saat ini berupaya merebut kembali Raqqa dari genggaman ISIS.

Berdasarkan laporan Komando Militer Pusat AS (Centcom), koalisi AS yang terdiri dari pasukan SDF terpaksa menghancurkan dua bagian tembok tersebut agar bisa masuk ke kota paling penting bagi ISIS itu setelah Mosul di Irak.

“Bagian yang menjadi target penghancuran adalah sepanjang 25 meter dan akan membantu melestarikan dinding yang tersisa sepanjang 2.500 meter,” tutur Centcom melalui sebuah pernyataan seperti dikutip AFP.

“Meluncurkan serangan pada bagian kecil dari tembok tersebut memungkinkan pasukan koalisi dan mitra menerobos masuk ke Raqa, membantah kemampuan ISIS yang menggunakan ranjau dan alat peledak lain,” bunyi pernyataan Centcom.

“Ini juga membukitkan bahwa kami berhasil menjaga keamanan pasukan SDF dan melindungi sebagian besar dari tembok di Kota Tua itu,” bunyi pernyataan Centcom tersebut.

Raqqa menjadi terkenal lantaran kekejaman kelompok ISIS di wilayah itu. Sejumlah eksekusi dan pemenggalan secara publik dipertontonkan militan teroris di kota tersebut. (mb/cnn indonesia/detik)

Pos terkait