Ketum PBNU Said Aqil: Radikalisme di Indonesia Sudah Darurat

Metrobatam, Jakarta – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil menganggap perkembangan radikalisme di Indonesia sudah mencapai tahap darurat.

Hal ini mengacu pada penusukan Menko Polhukam Wiranto oleh Syahril Alamsyah (SA) alias Abu Rara dan istrinya FA yang diduga berafiliasi dengan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Bekasi.

“Sudah darurat. Harus ada payung hukum bagaimana bisa menindak dengan fakta-fakta tertentu yang sudah dicurigai. Harus bisa ditangkap sebelum berbuat,” tutur Said kepada rekan wartawan di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Selasa (15/10).

Usai menjenguk mantan Panglima ABRI tersebut, Said menyampaikan pesan Wiranto terhadap NU agar meningkatkan kewaspadaan terhadap radikalisme di Indonesia.

Bacaan Lainnya

“Pesan beliau juga pada semua teman-teman NU, meningkatkan kewaspadaan dengan amaliah dari kelompok tertentu yang sangat nekat, dan tanpa ada kasih sayang atau kemanusiaan,” ujar Said.

Atas pernyataan itu Said menyimpulkan penanganan radikalisme harus dilakukan oleh semua pihak, termasuk NU. Dalam hal ini NU bertugas menyebarkan sikap kontra terhadap radikalisme.

“Kalau NU tugasnya kan kontra radikalisme. Dengan ajaran, dengan taklim, dengan penyadaran. Kalau deradikalisasi ya BNPT [Badan Nasional Penanggulangan Terorisme]. Kalau penangkapan Densus,” tuturnya.

Seperti diketahui penyerangan terhadap Wiranto dilakukan usai mengunjungi peresmian gedung baru Mathla’ul Anwar di Pandeglang, Banten pada Kamis (11/10).

Wiranto kemudian dibawa ke RSUD Pandeglang sebelum akhirnya dirujuk ke RSPAD Gatot Subroto. Wiranto disebut mengalami luka tusuk di perut dan sempat menjalani operasi.

Sedangkan Abu Rara dan istrinya sudah ditahan dan dibawa ke Mabes Polri, Jakarta Selatan sejak Kamis (10/10). Tim Densus 88 Antiteror Polri juga sudah menangkap terduga teroris yang memiliki hubungan dekat dengan Abu Rara di Bali. (mb/cnn indonesia)

Pos terkait